Huihhh! #Ngelap keringat. Selesai jugangetiknya. Hehehe. Secara selama ini admin sibuk banget didunia pendidikan dan ngurus semua tugas-tugas sekolah. (hahaha, kayak orang sibuk aja ya). Ya udah deh! Langsung saja di simak CerBungnya. Happy reading!
Sejenak kami terdiam. Mata kami saling bertatapan. ah, indahnya mata Karin. Karin juga menatapku tanpa berkedip.
Tatapan kami teralihkan ketika tedengar hentakan kaki yang ternyata itu adalah Klara. Karin bangkit lalu sedikit menjaga jarak dariku.
“ehm, loe nggak apa-apa kan?” tanyaku sambil menatapnya menyelidik.
“Nggak apa-apa kok , Lan” balas Karin tersenyum.
Ku balas senyuman itu dengan senyuman pula.lalu tanpa berkata-kata aku pergi mengejar Klara yang sudah berada dikejauhan.
Klara terus berlari. Sampai melewati sebuah taman sekolah Klara memperlambat langkahnya. Sepertinya ia sudah lelah berlari. Lalu gadis itu mendaratkan tubuhnya disebuah bangku taman. Ku hentikan langkahku lalu ku awasi ia dari kejahuan.
Klara menyandarkan kepalanya diatas pahanya dan beralasan lengan tangannya. Sebuah suara, atau yang lebih tepatnya isakan tangis mulai terdengar. Isakan nya terdengar seperti isakan anak kecil.
“hah? Klara kenapa?” gumamku heran. Lalu mencoba untuk menghampirinya dan duduk disampingnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
“Loe kenapa?” tanyaku.
Sontak Klara menghentikan tangisannya. Tetapi isak tangisnya masih saja terdengar. Perlahan di hapusnya sisa-sisa air matanya. Lalu menatap lurus kedepan tanpa menoleh kearahku. Mulutnya sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk menjawab pertanyaanku tadi.
“Loe kenapa sih?” tanyaku lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.
“sakit ya jatuh tadi?” tambahku menepuk pelan pundaknya. Kini Klara yang menatapku heran. Lalu kepalanya mengangguk pelan.
“Loe ngegemesin banget sih. Lucu tau nggak” ujarku mencubit pipi kanannya.
“yang mana sih yang sakit? Lanjutku menanyakan, walau tidak serius. Mendengar pertanyaanku itu, Klara beranjak dari tempatnya.
“Loe mau kemana? Udah sini aja” kataku menarik tangannya. Membuat tubuh Klara kembali mendarat disampingku.
“Ra, tadi loe bilang loe laper. Ayo kekantin!” ajakku. Klara hanya menoleh sejenak. Lalu kembali menatap lurus kedepan tanpa menanggapi ajakanku tadi.
“Bisa-bisa loe mati kelaperan kalo kayak gini mulu” tambahku memegangi lengannya. Klara masih saja tidak menghiraukannya.
“gimana kalo gue traktir loe makan? Trus kita beli Ice Cream.” Tawarku.
Klara menoleh. Aku merasa tawaranku kali ini akan berhasil. Apalagi Klara paling suka dengan yang namanya Ice Cream. Yang rasa blueberry dan coklat, pasti nggak bisa nolak. Kuperhatikan wajah Klara yang tampaknya sedang mempertimbangkan tawaranku tadi.
Beberapa menit kemudian, Klara mengangguk setuju. “tuh kan nggak bisa nolak” gumamku dalam hati.
Segera ku tarik tangan Klara menuju kantin. Memang, aku dan Klara sudah dekat sejak lama. Dan banyak yang berkesimpulan kalau aku dan Klara adalah sepasang kekasih. Padahal hanya seorang sahabat karib yang tidak bisa lebih atau pun kurang.
Sudah sering kami membantah mereka. Tetapi kami selalu dibuat bungkam hanya karena beberapa kalimat tanya.
“mana ada persahabatan cewek dan cowok sedekat itu. Kalian berdua yakin tidak ada perasaan satu sama lain?” sebuah kalimat yang lagi-lagi ku dengar saat aku melepas tangan Klara dan mempersilahkannya untuk duduk. Celotehan seisi kantin jelas terdengar kalo mereka sedang membicarakan aku dan Klara.sengaja tidak ku hiraukan tatapan dan celotehan mereka. Berbeda dengan Klara yang sekarang sedang tertunduk.
“Udahlah Ra, nggak usah didengerin” ujarku yang langsung dibalas anggukan pelan oleh Klara.
“loe mau mesen apa?” tanyaku sedikit menunduk untuk melihat wajahnya.
“Sepeti biasanya deh, Lan” balas Klara tersenyum tipis. Lalu kembali menunduk.
Setelah memesan, aku kembali menghampiri Klara yang tampak kaku. Aku langsung mengambil posisi tempat duduk tepat di depannya.
“loe kenapa sih? Kok tegang gitu?”
“emp.. nggak kenapa kok, Lan” balas Klara sambil menggeleng dan mencoba untuk tersenyum.
Kali ini ku alihkan pandanganku kesekelilingku. Sepasang mata sepenjuru kantin masih tertuju pada kami. Segera ku ambil sebuah gelas plastik lalu ku lemparkan kearah seseorang yang bernama irfan yang duduknya tidak jau dari tempatku.
“jauhin tuh mata sebelum gue congkel nih” bentakku menyodorkan sebuah garpu.
“sembarangan loe!” cetus irfan sambil melanjutkan aktifitasnya.
Tidak lama kemudian, pesanan datang. Dari pada melayani orang-orang yang nggak penting kayak gitu, mendingan melayani perut yang sedari tadi sudah protes.
Setelah selesai, aku dan Klara beranjak kearah pemilik kantin untuk membayar. Tidak lupa ku ambil dari coolcash Ice Cream bluberry kesukaan Klara. Lalu ku sodorkan kearah Klara.
Saat Klara menikmati Ice Cream nya, kami di kejutkan oleh pertanyaan seseorang yang tidak lain adalah Irfan yang masih duduk ditempatnya.
“loe yakin Klara atau pun Loe nggak punya perasaan apa-apa?”
“nggak kok kami Cuma temen” bantahku.
“anak-anak lain juga tau kalo loe punya perasaan sama lana” cetus Irfan kearah Klara. Spontan Klara menoleh tetapi hanya diam saja. “tidak ada bantahan?” gumamku. Mata Klara segera beralih kearahku. Lalu cepat-cepat menuduk setelah menyadari kalo aku juga sedang menatapnya.
Sikap pemalunya kembali muncul. Sampai-sampai Ice Cream yang di tangannya di biarkan meleleh begitu saja.
Melihat Klara yang di rantai dengan rasa malu, aku mengambil tindakan yang jauh diluar dugaan siapa pun.
Ku raih sebuah kursi di hadapanku. Dengan cepat ku ambil posisi berdiri di atas kursi itu. Seluruh penjuru kantin menatap kearahku tanpa berkedip sedetik pun.
“loe semua dengerin gue. Klara itu emang pacar gue dan gue suka sama dia” kataku dengan suara lantang.
Spontan suasana menjadi hening. Klara menatapku penuh tanda tanya. Ku balas tatapan itu dengan senyuman, lalu ku dekap tubuhnya. Kembali seisi kantin melongo melihat tindakanku.
Sudah mulai seru ya guys ceritanya? Oke tunggu lanjutannya ya? Sampai jumpa di part berikutnya, bye! #lambai-lambai tangan. Hehehe..
Next Part My Bestfriend Is My Love Part ~ 5
Mna lge lanjutannyoo ?
BalasHapus