Blue Fire Pointer

Minggu, 29 Januari 2017

My Bestfriend Is My Love Part ~ 7

 Huih! (ngelap jidat) ternyata benar-benar daannn sudah sampai part End nya. Oke silahkan di baca part End nya. Happy Reading!
My Bestfriend Is My Love Part ~ 7
Bel tanda upacara bendera berbunyi. Seluruh siswa segera berbaris di lapangan upacara. Aku yang menjabat sebagai ketua kelas segera menyiapkan barisan. Terasa berbeda saat menyapkan barisan. Karena saat ini Klara tidak ada dalam barisan.biasanya gadis itu pasti sudah hadir dan menempati barisan paling depan. Uapacara bendera berlangsung sebagaimana biasanya.
Upacara usai, aku bergegas pergi kekantin untuk membeli air mineral dan beberapa cemilan. Stelah itu, kelas menjadi tujuan utamaku saat ini. “Klara mana ya?” gumamku melirik kearah bangku yang terletak di sampingku.
cewek Loe kemana?” tanya Andika yang melihatku sibuk memperhatikan bangku Klara. Aku langsung angkat bahu. Karena memang aku juga tidak tau dimana Klara saat ini.
Ku dorong mejaku kedepan, lalu pergi meninggalkan kelas tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar ku. Yang aku ingin tau adalah Klara. Di mana dia berada saat ini?
Ku telusuri tempat-tempat di sekolahku. Seperti di kantin, perpustakaan, ruang UKS, taman dan banyak lagi tempat di sekolah. Tetapi tetap saja aku tidak melihat Klara. Ku ayunkan langkah menuju parkiran. Rumah Klara menjadi tujuan utamaku saat ini.
Saat tiba di depan rumah Klara. Aku melihat Klara sedang duduk di sebuah ayunan sambil melamun. Ku hela nafas lega. Lalu ku hampiri gadis itu.
Hm.. jadi ini kerjaan loe. Loe bolos yak?”
Nggak kok, gue lagi nggak enak badan saja”
Ku raba kening Klara lalu mencubit pipi gadis itu. “Loe bohonng ya sama gue?” Klara lantas tidak menjawab. Tatapannya berpaling dariku.
kalau loe sakit, seharusnya loe nggak main keluar”
Biarin!” cetus Klara.
Loe kenapa? Hm.. omongan gue benar kan?”
urus diri loe sendiri. Jangan mikirin gue”
heh!? Loe kenapa sih ra? Kok jadi jutek gini sih? Salah gue apa?” tanyaku tidak mengerti. Sikap Klara saat ini benar-benar aneh.
buat apa loe nyariin gue?”
gue mau minta maaf sama loe”
Maaf? Buat apa?”
Untuk yang di kantin waktu itu, gue minta maaf”
gue maafin” balasnya sambil membelakangiku.
Hm.. Thanks. Oh ya, gue balik dulu kesekolah. Gue sengaja cabut karena tadi gue nyariin loe”
aku membalikkan badanku. Saat aku mulai melangkah. Klara memanggilku.
Kelana” aku langsung menoleh. Ku lihat sungai-sungai kecil mulai terbentuk di pipi gadis itu. “Dasar bodoh! Kenapa sih loe nggak peka-peka juga?” aku membalikkan badanku lalu melangkah perlahan kearah gadis itu. “Loe tau nggak? Selama ini gue memendam perasaan. Perasaan yang semestinya tidak di tahan-tahan. Tapi loe tetap aja nggak ngerti sama perasaan gue” sambung Klara.
gue suka sama loe, Kelana Bodoh!” teriak Klara sekencang-kencang nya. Matanya menatap lurus kearahku. Amarah terbendung di balik tatapan gadis itu.
gue sadar. Sadar kalau gue Cuma sebatas sahabat bagi loe. Nggak lebih. Tapi..” ucapan Klara terhenti ketika bibirku mengunci mulutnya. Wajah gadis itu terlihat kaget. Sedikit tersentak. Namun, aku masih saja terus mengunci mulutnya. Hingga beberapa detik kemudian, aku melepaskan ciumanku. Ku ulurkan tanganku merengkuh tubuh Klara kedalam pelukanku. Sementara Klara berbisik. “Nggak. Sebenarnya gue yang salah. Gue yang nggak berani jujur dengan perasaan gue. Gue sebenarnya yang bodoh”
Ku lepas dekapanku. Ku tatap gadis itu dengan tatapan penuh perasaan. Tanganku tergerak menyelipkan rambut yang menutupi wajah Klara ke telinganya. “Gue suka sama loe semenjak kejadian di kantin itu ra. Sorry banget, gue nggak bisa jujur sama loe waktu itu” Klara mencibir, kemudian senyuman manis terukir diwajah cantiknya.
Ending!!!

Sampai jumpa di cerita berikutnya ya guys. 

My Bestfriend Is My Love Part ~ 6

 Sudah lama nggak ngeposting ya. Belakangan ini, admin sibuk banget sama urusan sekolah. Belum lagi fisik admin yang menurun. (Curhat nih yee). Haha, tapi bener loh. Nggak ada waktu banget buat ngetik. Ini saja ngetik nya tiga kali.
Yaudah deh, kebanyakan curhat. Ntar di bilang ngenes lagi yak? Hehehehe. Oke langsung saja di simak lanjutan ceritanya.
My Bestfriend Is My Love Part ~ 6
Bel tanda sekolah usai berbunyi. Seluruh siswa secara spontan langsung mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga denganku dan juga Klara. Setelah selesai berkemas, aku dan Klara begegas menuju parkiran.
Hai” sapa sesosok gadis menghampiri kami yang tidak lain adalah Karin. Refleks aku dan Klara menoleh.
Eh, Hai” sahut Klara dengan senyuman. Sementara aku hanya tersenyum tipis.
Hari minggu besok kalian ada acara nggak?”
Kami mau pergi ke rumah nyokab nya Klara” jawabku seadanya.
Oh ya? Gue boleh ikutan dong? Lagian gue bingung mau kemana” tanya Karin. Aku dan Klara saling bertatapan, walau tampak canggung. Ku isyaratkan kepada Klara, apakah dia setuju kalau Karin ikut.
Boleh deh” balas Klara datar.
Seperti yang telah di rencanakan, hari minggu pagi aku sudah datang di rumah Klara. Saat aku tiba di rumahnya, Klara langsung menghampiriku. Senyuman manis menyambutku. Dadaku mendadak mendesis melihat penampilan Klara yang berbeda dari yang biasanya. Gaun biru membaluti tubuhnya.
Ehm, kenapa? Gue aneh ya?” klara meremas-remas jemarinya. Kalimat tanya yang di lontarkan gadis itu tidak urung membuatku tersadar.
Nggak kok, sama sekali nggak” balasku cepat seraya menggeleng.
Loe kelihatan berbeda dan lebih dewasa aja” sambungku yang langsung mendapatkan cibiran dari Klara.
Kami bergegas menjemput Karin di rumahnya. Lalu kami memulai perjalanan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami pun tiba di sebuah rumah besar dan mewah. Yang tidak lain adalah rumah ibundanya Klara. Setelah memencet bel, pagar segera terbuka dan muncullah seorang lelaki yang tidak lain adalah satpam.
Eh non Klara. Ayo masuk non” satpam itu mempersilahkan.
Kami berjalan menuju ruang tamu. Tampak seorang wanita paruh baya menghampiri kami. Namanya Bi Asih.
Non Klara, Nyonya ada di atas”
Klara segera berlari menaiki tangga yang menghubung ke lantai atas. Sedangkan aku dan Karin duduk di sebuah sofa di ruangan tamu.
Non Karin mau minum apa? Dan nak..”
Kelana”
Oh, nak Kelana mau minum apa?”
Hm.. apa aja deh bi” balasku ramah.
Kalau Karin susu aja deh bi”
Bi Inah mengangguk paham. Sedangkan aku hanya mengernyitkan dahi. Sepertinya Karin sudah tidak asing lagi dengan orang-orang di rumah ini. Tetapi aku masih mengurungkan niat untuk bertanya.
Suasana menjadi hening. Tidak ada yang memulai percakapan diantara aku dan Karin. Suasana berubah ketika Bi Inah datang sambil membawa tampan yang berisikan minuman. Kami mengobrol panjang dengan Bi Inah.
Setelah kurang lebih setengah jam mengobrol, Bi Inah memohon pamit untuk pergi kedapur.
Eh, ada nak kelana” Kata tante Susi tersenyum kearahku. Lalu beralih kearah Karin. kemudian menyapanya. Kembali aku mengernyitkan dahi. Heran, Pasti! Ku beranikan untuk bertanya.
Hm, Tante kenal sama Karin?”
Ya kenal dong, Karin kan keponakannya tante”
Hah!?” aku terkejut. Memadang kearah Tante Susi dan Karin secara bergantian. Mereka hanya tersenyum manis.
Tante Susi dulunya adalah seorang model. Mendengar dari yang di ceritakan Klara, tante Susi sangat sibuk dengan karirnya sehingga kurang memperhatikan keluarganya. Dan harus bercerai dengan Om Haris ayahnya Klara karena selalu berbeda pendapat.
Tetapi tante Susi sangat menyayangi Klara. Bagi tante Susi, perceraian tidak akan mengubah kasih sayangnya terhadap anaknya.
Tidak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami mohon pamit kepada tante Susi. Kecupan mendarat di pipi Klara dan langsung ia balas dengan pelukan erat.
Setelah berpamitan, kami tidak langsung pulang kerumah. Melainkan kami mampir terlebih dulu di pantai sambil menyaksikan matahari sore. Memandang sang surya yang akan tenggelam. Ditambah cahaya keemasan yang di pantulkan air laut dan juga angin yang bertiup nakal memainkan rambut Klara yang kini sedang memejamkan mata sembari menghirup udara dalam-dalam. Kupandangi wajah gadis itu. Lagi-lagi aku merasakan hal yang aneh pada diriku. “Jangan-jangan, gue suka lagi sama Klara. Huh, nggak mungkin” gumamku.
Hai, ini gue bawain seafood” karin menyadarkanku. Beberapa tusuk seafood telah berada di atas sebuah piring yang di bawanya.
Loh, kok pada bengong sih? Buruan di makan. Ini enak loh” celoteh Karin. Aku dan Klara segera menghampiri seafood itu lalu menyantapnya.
Kalian pacaran kan?” aku langsung tersedak mendengar petanyaan Karin barusan.
Nggak kok” jawabku cepat.
Pas di sekolah loe nyatain ke orang-orang kalau kalian pacaran”
Tapi itu Cuma..” aku terdiam, bingung akan mengatakan apa.
Kenapa diam?”
Loe apa-apaan sih rin” ujar Klara mengernyitkan kening. Sementara Karin hanya angkat bahu.
Obrolan kami terhenti sejenak. Setelah menghabiskan setusuk seafood, gadis itu mempertegas kembali pertanyaan yang di uacapkannya tadi.
Kelana, Gue mau nanya sama loe. Dan loe harus jawab gue sesuai dengan kata hati loe. Loe suka kan sama Klara?”
Ng.. Nggak kok. Gue hanya nganggap dia teman gue”
Klara segera berdiri lalu meninggalkan aku dan Karin. Aku tidak langsung mengejarnya. Sulitku mencerna tatapan Klara sesudahku mengatakan kalau aku tidak menyukainya.
Matahari sudah tenggelam, hanya sedikit sisa-sisa cahayanya yang masih terlihat. Namun, Klara masih belum menampakkan btang hidungnya.
Duh, Klara kemana ya?”
Hm.. tuh dia” tunjuk Karin gembira. Sementara yang di tunjuk sedari tadi hanya menunjukkan ekspresi datar.
Kami bertiga melanjutkan perjalanan pulang karena besok kami harus akan melaksanakan ujian mid semester.


My Bestfriend Is My Love Part ~ 5

Yak masih bersama admin cakep. Hehehe! (kepedean nih si admin). My Bestfriend is My Love nya sudah nyampai part 5 nih. End nya bentar lagi kok. Setelah admin pilah-pilah sih End nya di part 7. Yaudah deh sekedar informasi doang. Langsung saja simak cerita nya. Happy Reading Guys! My Bestfriend Is My Love Part ~ 5 “ah, kenapa ini?” gumamku dalam hati. Seperti ada yang berbeda di hatiku. Setelah sekian lama aku mengenal Klara tidak pernah aku merasakan jantung ku berdebar-debar dikala aku mendekap gadis itu. “ah terasa damai” gumamku mendesah dalam hati. Sorak-sorai seisi kantin menyadarkanku. Bersamaan dengan itu, ku lepaskan dekapanku. Klara hanya terdiam tanpa ada reaksi apapun. Tampak gadis itu sedang malu-malu. Terlihat dari kebiasaan gadis itu yang menggereak-gerakkan kakinya dan meremas-remas jemarinya. “ayo ra kita pergi” ajakku. Tanpa menunggu persetujuannya aku meraih tangannya. Membimbing nya untuk keluar dari kantin. Untuk keluar dari rasa malu yang tengah di hadapinya. Setelah tiba di depan kelas, klara menahan langkah kakinya. Membuatku ikut menghentikan langkahku. “gue mau ketoilet dulu” ujarnya singkat. Tetapi belum beranjak dari tempatnya. Lalu matanya melirik kearah tanganku yang masih memegang tangannya. “oh ya udah deh ra” balasku menarik kembali tanganku. Klara berlari meninggalkaku. Hingga ia lenyap dari kejauhan. Ku langkahkan kaki ku memasuki ruangan kelas. Lalu ku daratkan tubuh ku di tempat dudukku. “ah apa yang gue lakuin barusan?” gumamku mendesah. Merutuki diriku yang tidak bisa mengendalikan emosiku. Sehingga aku mengambil tindakan yang mungkin sama sekali tidak di senangi oleh Klara. Beberapa menit kemudian, bel tanda pelajaran akan di mulai berbunyi. Semua eman-temanku pada sibuk mengeluarkan buku untuk pelajaran terakhir hari ini. Ku lirik kearah bangku di sampingku yang masih kosong. Bu Ame sudah berada di depan kelas, tetapi Klara belum kelihatan juga. “Loh, Klara nggak masuk hari ini?” Tanya Bu Ame setelah mengabsen. “tadi sih masuk bu. Tapi nggak tau sekarang ini kemana” jawab Laila. Sedangkan yang lain mengangguk membenarkan. “oh ya jadi dia kemana?” Tanya bu Ame lagi sambil mengerutkan keningnya. Ketukan di daun pinu mengintrupsi. Seisi kelas menatap kearah Klara yang di papah oleh seseorang yang tidak asing lagi disekolah itu. Karin Eka Fitri. “Maaf bu, Saya telat” kata Klara menunduk. Sebelah tangannya masih melingkar di lehernya Karin. “Loh, Klara. Kaki kamu kenapa?” Tanya bu Ame kaget ketika melihat kaki Klara di perban. “Jatuh dari tangga bu” kali ini Karin yang bebicara. “Yasudah! Sekarang kamu duduk di bangkumu” Tanpa di perintah, Karin memapah Klara ke arah tempat duduk Klara. “sini, biar gue aja” belum sempat klara tiba di bangkunya, aku sudah terlebih dahulu menggantikan posisi Karin “Rin, thanks ya udah bantuin sahabat gue?” kataku pada Karin yang langsung di balas dengan anggukan oleh Karin. Setelah itu ia pamit kepada Bu Ame. “loe nggak apa-apa Ra? Tanyaku khawatir setelah ku pastikan Klara sudah duduk dengan benar di sampingku. “loe nggak liat apa kaki gue di perban? Sakit tau! Balas Klara berbisik karena tidak ingin nantinya menarik perhatian orang-orang. Jawaban itu justru memancingku untuk tertawa. Terlebih dengan sikap Klara yang selalu blak-blakkan seperti biasanya. Au kembali konsentrasi dengan ibu Ame yang masih berkoar-koar di depan kelas yang sedari tadi ku abaikan. Begitu bela pulang berbunyi,aku segera mengantarkan Klara kerumahnya. Biasanya, waktu senja kami habiskan untuk jalan-jalan. Tapi untuk saat ini, tidak. Setelah hampir setengah jam di perjalanan, akhirnya kami tiba di depan rumah Klara. Tidak perlu menunggu lama pintu yang sebelumnya di ketuk telah terbuka. Tampak bi Inah, pembantu di rumah Klara terkejut melihat kemunculan Klara. Tapi Klara terlebih dahulu mengisyaratkan untuk diam. Klara tinggal bersama ayahnya, setelah orangtuanya broken home. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sekarang sedang bekerja di luar kota. Aku segera memapah Klara memasuki kamarnya dan membaringkannya di ranjang. “huffft, akhirnya sampai juga” kata Klara lega. Lalu tangannya segera menyambar remote AC yang berada di samping ranjangnya. Sedangkan aku duduk di kursi kecil yang berada tidak jauh dari Klara. “Loe haus lan? Loe mau minum apa?” “oh nggak usah deh ra, gue langsung pulang aja. Lagian ntar gue ada les bahasa jepang” tolakku sambil tersenyum. Klara mengangguk. “Sorry ya gue udah ngerepotin loe” “Nggak apa-apa. Gue cabut dulu ya. Loe istirahat ya” pamitku berlalu pergi. Keesokan harinya, aku sengaja bangun tidur lebih awal. Aku berniat menjenguk Klara. Stelah bersiap-siap aku langsung mengemudikan motorku menuju supermarket untuk membeli beberapa buah-buahan segar. Setelah itu, aku langsung menghampiri Klara di rumahnya. Ketika aku tiba di depan rumah nya, ku lhat Klara sudah mengenakan seragam sekolah lengkap sedang duduk di sebuah kursi di taman rumahnya. “gimana keadaan kaki loe?” kataku sambil melihat kaki Klara yang sudah tidak di perban lagi. Lalu duduk disampingnya. “It`s OK. Tapi masih sedikit sakit untuk berjalan” balasnya sambil menggerak-gerakkan kakinya. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “By The Way gue belum tau kenapa loe bisa jatuh dari tangga” “gue ngelamun” “emang ngelamunin apaan? Nyokap loe” tebakku. Klara menghela nafas lalu menganggukkan kepala. “yasudahlah! Hari minggu besok kita kerumah nyokab loe” kataku tersenyum. “dan sekarang loe nggak usah sedih.loe harus semangat hari ini” sambungku. “udah jam setengah 7 nih, ayo berangkat!” ajakku kemudian memegangi tangannya. “sini gue bantu”tawarku pada Klara setelah memarkirkan motorku dengan benar. Klara tampak berjalan agak sedikit pincang. “nggak usah. Gue bisa sendiri kok, lan” tolak Klara tanpa menghentikan langkahnya. Aku sengaja melambatkan langkahku untuk mengimbangi Klara yang di tolak untuk di papah. Karena kelas kami berada di lantai tiga. Maka kami harus menaiki beberapa anak tangga. Ku lihat Klara masih terus berjalan menaiki anak tangga. beberapa saat kemudian, bel tanda pelajaran akan di mulai berbunyi. Karena Klara menolak untuk di papah, maka aku mengambil inisiatif sendiri. “Loe apa-apaan sih, Lan?” kata Klara mencoba untuk memberontak tetapi Klara sudah terlanjur aku rangkul. “Malu Lan di liatin orang” sambungnya. Tetapi aku tetap saja tidak peduli Ku rangkul tubuh nya sampai ke kelas. Sontak aku dan Klara menjadi tontonan hingga kami tiba di kelas. Wajah malu kembali terukir di wajah manis sahabatku itu. Sementara aku, hanya membalas dengan senyuman. Oke cut dulu. Sampai jumpa di part selanjutnya.
Next Part My Bestfriend Is My Love Part ~ 6