Blue Fire Pointer

Minggu, 29 Januari 2017

My Bestfriend Is My Love Part ~ 6

 Sudah lama nggak ngeposting ya. Belakangan ini, admin sibuk banget sama urusan sekolah. Belum lagi fisik admin yang menurun. (Curhat nih yee). Haha, tapi bener loh. Nggak ada waktu banget buat ngetik. Ini saja ngetik nya tiga kali.
Yaudah deh, kebanyakan curhat. Ntar di bilang ngenes lagi yak? Hehehehe. Oke langsung saja di simak lanjutan ceritanya.
My Bestfriend Is My Love Part ~ 6
Bel tanda sekolah usai berbunyi. Seluruh siswa secara spontan langsung mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga denganku dan juga Klara. Setelah selesai berkemas, aku dan Klara begegas menuju parkiran.
Hai” sapa sesosok gadis menghampiri kami yang tidak lain adalah Karin. Refleks aku dan Klara menoleh.
Eh, Hai” sahut Klara dengan senyuman. Sementara aku hanya tersenyum tipis.
Hari minggu besok kalian ada acara nggak?”
Kami mau pergi ke rumah nyokab nya Klara” jawabku seadanya.
Oh ya? Gue boleh ikutan dong? Lagian gue bingung mau kemana” tanya Karin. Aku dan Klara saling bertatapan, walau tampak canggung. Ku isyaratkan kepada Klara, apakah dia setuju kalau Karin ikut.
Boleh deh” balas Klara datar.
Seperti yang telah di rencanakan, hari minggu pagi aku sudah datang di rumah Klara. Saat aku tiba di rumahnya, Klara langsung menghampiriku. Senyuman manis menyambutku. Dadaku mendadak mendesis melihat penampilan Klara yang berbeda dari yang biasanya. Gaun biru membaluti tubuhnya.
Ehm, kenapa? Gue aneh ya?” klara meremas-remas jemarinya. Kalimat tanya yang di lontarkan gadis itu tidak urung membuatku tersadar.
Nggak kok, sama sekali nggak” balasku cepat seraya menggeleng.
Loe kelihatan berbeda dan lebih dewasa aja” sambungku yang langsung mendapatkan cibiran dari Klara.
Kami bergegas menjemput Karin di rumahnya. Lalu kami memulai perjalanan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami pun tiba di sebuah rumah besar dan mewah. Yang tidak lain adalah rumah ibundanya Klara. Setelah memencet bel, pagar segera terbuka dan muncullah seorang lelaki yang tidak lain adalah satpam.
Eh non Klara. Ayo masuk non” satpam itu mempersilahkan.
Kami berjalan menuju ruang tamu. Tampak seorang wanita paruh baya menghampiri kami. Namanya Bi Asih.
Non Klara, Nyonya ada di atas”
Klara segera berlari menaiki tangga yang menghubung ke lantai atas. Sedangkan aku dan Karin duduk di sebuah sofa di ruangan tamu.
Non Karin mau minum apa? Dan nak..”
Kelana”
Oh, nak Kelana mau minum apa?”
Hm.. apa aja deh bi” balasku ramah.
Kalau Karin susu aja deh bi”
Bi Inah mengangguk paham. Sedangkan aku hanya mengernyitkan dahi. Sepertinya Karin sudah tidak asing lagi dengan orang-orang di rumah ini. Tetapi aku masih mengurungkan niat untuk bertanya.
Suasana menjadi hening. Tidak ada yang memulai percakapan diantara aku dan Karin. Suasana berubah ketika Bi Inah datang sambil membawa tampan yang berisikan minuman. Kami mengobrol panjang dengan Bi Inah.
Setelah kurang lebih setengah jam mengobrol, Bi Inah memohon pamit untuk pergi kedapur.
Eh, ada nak kelana” Kata tante Susi tersenyum kearahku. Lalu beralih kearah Karin. kemudian menyapanya. Kembali aku mengernyitkan dahi. Heran, Pasti! Ku beranikan untuk bertanya.
Hm, Tante kenal sama Karin?”
Ya kenal dong, Karin kan keponakannya tante”
Hah!?” aku terkejut. Memadang kearah Tante Susi dan Karin secara bergantian. Mereka hanya tersenyum manis.
Tante Susi dulunya adalah seorang model. Mendengar dari yang di ceritakan Klara, tante Susi sangat sibuk dengan karirnya sehingga kurang memperhatikan keluarganya. Dan harus bercerai dengan Om Haris ayahnya Klara karena selalu berbeda pendapat.
Tetapi tante Susi sangat menyayangi Klara. Bagi tante Susi, perceraian tidak akan mengubah kasih sayangnya terhadap anaknya.
Tidak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami mohon pamit kepada tante Susi. Kecupan mendarat di pipi Klara dan langsung ia balas dengan pelukan erat.
Setelah berpamitan, kami tidak langsung pulang kerumah. Melainkan kami mampir terlebih dulu di pantai sambil menyaksikan matahari sore. Memandang sang surya yang akan tenggelam. Ditambah cahaya keemasan yang di pantulkan air laut dan juga angin yang bertiup nakal memainkan rambut Klara yang kini sedang memejamkan mata sembari menghirup udara dalam-dalam. Kupandangi wajah gadis itu. Lagi-lagi aku merasakan hal yang aneh pada diriku. “Jangan-jangan, gue suka lagi sama Klara. Huh, nggak mungkin” gumamku.
Hai, ini gue bawain seafood” karin menyadarkanku. Beberapa tusuk seafood telah berada di atas sebuah piring yang di bawanya.
Loh, kok pada bengong sih? Buruan di makan. Ini enak loh” celoteh Karin. Aku dan Klara segera menghampiri seafood itu lalu menyantapnya.
Kalian pacaran kan?” aku langsung tersedak mendengar petanyaan Karin barusan.
Nggak kok” jawabku cepat.
Pas di sekolah loe nyatain ke orang-orang kalau kalian pacaran”
Tapi itu Cuma..” aku terdiam, bingung akan mengatakan apa.
Kenapa diam?”
Loe apa-apaan sih rin” ujar Klara mengernyitkan kening. Sementara Karin hanya angkat bahu.
Obrolan kami terhenti sejenak. Setelah menghabiskan setusuk seafood, gadis itu mempertegas kembali pertanyaan yang di uacapkannya tadi.
Kelana, Gue mau nanya sama loe. Dan loe harus jawab gue sesuai dengan kata hati loe. Loe suka kan sama Klara?”
Ng.. Nggak kok. Gue hanya nganggap dia teman gue”
Klara segera berdiri lalu meninggalkan aku dan Karin. Aku tidak langsung mengejarnya. Sulitku mencerna tatapan Klara sesudahku mengatakan kalau aku tidak menyukainya.
Matahari sudah tenggelam, hanya sedikit sisa-sisa cahayanya yang masih terlihat. Namun, Klara masih belum menampakkan btang hidungnya.
Duh, Klara kemana ya?”
Hm.. tuh dia” tunjuk Karin gembira. Sementara yang di tunjuk sedari tadi hanya menunjukkan ekspresi datar.
Kami bertiga melanjutkan perjalanan pulang karena besok kami harus akan melaksanakan ujian mid semester.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar