Sudah
lama nggak ngeposting ya. Belakangan ini, admin sibuk banget sama
urusan sekolah. Belum lagi fisik admin yang menurun. (Curhat nih
yee). Haha, tapi bener loh. Nggak ada waktu banget buat ngetik. Ini
saja ngetik nya tiga kali.
Yaudah
deh, kebanyakan curhat. Ntar di bilang ngenes lagi yak? Hehehehe. Oke
langsung saja di simak lanjutan ceritanya.
My
Bestfriend Is My Love Part ~ 6
Bel
tanda sekolah usai berbunyi. Seluruh siswa secara spontan langsung
mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga
denganku dan juga Klara. Setelah selesai berkemas, aku dan Klara
begegas menuju parkiran.
“Hai”
sapa sesosok gadis menghampiri kami yang tidak lain adalah Karin.
Refleks aku dan Klara menoleh.
“Eh,
Hai” sahut Klara dengan senyuman. Sementara aku hanya tersenyum
tipis.
“Hari
minggu besok kalian ada acara nggak?”
“Kami
mau pergi ke rumah nyokab nya Klara” jawabku seadanya.
“Oh
ya? Gue boleh ikutan dong? Lagian gue bingung mau kemana” tanya
Karin. Aku dan Klara saling bertatapan, walau tampak canggung. Ku
isyaratkan kepada Klara, apakah dia setuju kalau Karin ikut.
“Boleh
deh” balas Klara datar.
Seperti
yang telah di rencanakan, hari minggu pagi aku sudah datang di rumah
Klara. Saat aku tiba di rumahnya, Klara langsung menghampiriku.
Senyuman manis menyambutku. Dadaku mendadak mendesis melihat
penampilan Klara yang berbeda dari yang biasanya. Gaun biru membaluti
tubuhnya.
“Ehm,
kenapa? Gue aneh ya?” klara meremas-remas jemarinya. Kalimat tanya
yang di lontarkan gadis itu tidak urung membuatku tersadar.
“Nggak
kok, sama sekali nggak” balasku cepat seraya menggeleng.
“Loe
kelihatan berbeda dan lebih dewasa aja” sambungku yang langsung
mendapatkan cibiran dari Klara.
Kami
bergegas menjemput Karin di rumahnya. Lalu kami memulai perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami pun tiba di sebuah
rumah besar dan mewah. Yang tidak lain adalah rumah ibundanya Klara.
Setelah memencet bel, pagar segera terbuka dan muncullah seorang
lelaki yang tidak lain adalah satpam.
“Eh
non Klara. Ayo masuk non” satpam itu mempersilahkan.
Kami
berjalan menuju ruang tamu. Tampak seorang wanita paruh baya
menghampiri kami. Namanya Bi Asih.
“Non
Klara, Nyonya ada di atas”
Klara
segera berlari menaiki tangga yang menghubung ke lantai atas.
Sedangkan aku dan Karin duduk di sebuah sofa di ruangan tamu.
“Non
Karin mau minum apa? Dan nak..”
“Kelana”
“Oh,
nak Kelana mau minum apa?”
“Hm..
apa aja deh bi” balasku ramah.
“Kalau
Karin susu aja deh bi”
Bi
Inah mengangguk paham. Sedangkan aku hanya mengernyitkan dahi.
Sepertinya Karin sudah tidak asing lagi dengan orang-orang di rumah
ini. Tetapi aku masih mengurungkan niat untuk bertanya.
Suasana
menjadi hening. Tidak ada yang memulai percakapan diantara aku dan
Karin. Suasana berubah ketika Bi Inah datang sambil membawa tampan
yang berisikan minuman. Kami mengobrol panjang dengan Bi Inah.
Setelah
kurang lebih setengah jam mengobrol, Bi Inah memohon pamit untuk
pergi kedapur.
“Eh,
ada nak kelana” Kata tante Susi tersenyum kearahku. Lalu beralih
kearah Karin. kemudian menyapanya. Kembali aku mengernyitkan dahi.
Heran, Pasti! Ku beranikan untuk bertanya.
“Hm,
Tante kenal sama Karin?”
“Ya
kenal dong, Karin kan keponakannya tante”
“Hah!?”
aku terkejut. Memadang kearah Tante Susi dan Karin secara bergantian.
Mereka hanya tersenyum manis.
Tante
Susi dulunya adalah seorang model. Mendengar dari yang di ceritakan
Klara, tante Susi sangat sibuk dengan karirnya sehingga kurang
memperhatikan keluarganya. Dan harus bercerai dengan Om Haris ayahnya
Klara karena selalu berbeda pendapat.
Tetapi
tante Susi sangat menyayangi Klara. Bagi tante Susi, perceraian tidak
akan mengubah kasih sayangnya terhadap anaknya.
Tidak
terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami mohon pamit
kepada tante Susi. Kecupan mendarat di pipi Klara dan langsung ia
balas dengan pelukan erat.
Setelah
berpamitan, kami tidak langsung pulang kerumah. Melainkan kami mampir
terlebih dulu di pantai sambil menyaksikan matahari sore. Memandang
sang surya yang akan tenggelam. Ditambah cahaya keemasan yang di
pantulkan air laut dan juga angin yang bertiup nakal memainkan rambut
Klara yang kini sedang memejamkan mata sembari menghirup udara
dalam-dalam. Kupandangi wajah gadis itu. Lagi-lagi aku merasakan hal
yang aneh pada diriku. “Jangan-jangan, gue suka lagi sama Klara.
Huh, nggak mungkin” gumamku.
“Hai,
ini gue bawain seafood” karin menyadarkanku. Beberapa tusuk seafood
telah berada di atas sebuah piring yang di bawanya.
“Loh,
kok pada bengong sih? Buruan di makan. Ini enak loh” celoteh Karin.
Aku dan Klara segera menghampiri seafood itu lalu menyantapnya.
“Kalian
pacaran kan?” aku langsung tersedak mendengar petanyaan Karin
barusan.
“Nggak
kok” jawabku cepat.
“Pas
di sekolah loe nyatain ke orang-orang kalau kalian pacaran”
“Tapi
itu Cuma..” aku terdiam, bingung akan mengatakan apa.
“Kenapa
diam?”
“Loe
apa-apaan sih rin” ujar Klara mengernyitkan kening. Sementara Karin
hanya angkat bahu.
Obrolan
kami terhenti sejenak. Setelah menghabiskan setusuk seafood, gadis
itu mempertegas kembali pertanyaan yang di uacapkannya tadi.
“Kelana,
Gue mau nanya sama loe. Dan loe harus jawab gue sesuai dengan kata
hati loe. Loe suka kan sama Klara?”
“Ng..
Nggak kok. Gue hanya nganggap dia teman gue”
Klara
segera berdiri lalu meninggalkan aku dan Karin. Aku tidak langsung
mengejarnya. Sulitku mencerna tatapan Klara sesudahku mengatakan
kalau aku tidak menyukainya.
Matahari
sudah tenggelam, hanya sedikit sisa-sisa cahayanya yang masih
terlihat. Namun, Klara masih belum menampakkan btang hidungnya.
“Duh,
Klara kemana ya?”
“Hm..
tuh dia” tunjuk Karin gembira. Sementara yang di tunjuk sedari tadi
hanya menunjukkan ekspresi datar.
Kami
bertiga melanjutkan perjalanan pulang karena besok kami harus akan
melaksanakan ujian mid semester.
Next Part My Bestfriend Is My Love Part ~ 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar