Blue Fire Pointer

Minggu, 29 Januari 2017

My Bestfriend Is My Love Part ~ 5

Yak masih bersama admin cakep. Hehehe! (kepedean nih si admin). My Bestfriend is My Love nya sudah nyampai part 5 nih. End nya bentar lagi kok. Setelah admin pilah-pilah sih End nya di part 7. Yaudah deh sekedar informasi doang. Langsung saja simak cerita nya. Happy Reading Guys! My Bestfriend Is My Love Part ~ 5 “ah, kenapa ini?” gumamku dalam hati. Seperti ada yang berbeda di hatiku. Setelah sekian lama aku mengenal Klara tidak pernah aku merasakan jantung ku berdebar-debar dikala aku mendekap gadis itu. “ah terasa damai” gumamku mendesah dalam hati. Sorak-sorai seisi kantin menyadarkanku. Bersamaan dengan itu, ku lepaskan dekapanku. Klara hanya terdiam tanpa ada reaksi apapun. Tampak gadis itu sedang malu-malu. Terlihat dari kebiasaan gadis itu yang menggereak-gerakkan kakinya dan meremas-remas jemarinya. “ayo ra kita pergi” ajakku. Tanpa menunggu persetujuannya aku meraih tangannya. Membimbing nya untuk keluar dari kantin. Untuk keluar dari rasa malu yang tengah di hadapinya. Setelah tiba di depan kelas, klara menahan langkah kakinya. Membuatku ikut menghentikan langkahku. “gue mau ketoilet dulu” ujarnya singkat. Tetapi belum beranjak dari tempatnya. Lalu matanya melirik kearah tanganku yang masih memegang tangannya. “oh ya udah deh ra” balasku menarik kembali tanganku. Klara berlari meninggalkaku. Hingga ia lenyap dari kejauhan. Ku langkahkan kaki ku memasuki ruangan kelas. Lalu ku daratkan tubuh ku di tempat dudukku. “ah apa yang gue lakuin barusan?” gumamku mendesah. Merutuki diriku yang tidak bisa mengendalikan emosiku. Sehingga aku mengambil tindakan yang mungkin sama sekali tidak di senangi oleh Klara. Beberapa menit kemudian, bel tanda pelajaran akan di mulai berbunyi. Semua eman-temanku pada sibuk mengeluarkan buku untuk pelajaran terakhir hari ini. Ku lirik kearah bangku di sampingku yang masih kosong. Bu Ame sudah berada di depan kelas, tetapi Klara belum kelihatan juga. “Loh, Klara nggak masuk hari ini?” Tanya Bu Ame setelah mengabsen. “tadi sih masuk bu. Tapi nggak tau sekarang ini kemana” jawab Laila. Sedangkan yang lain mengangguk membenarkan. “oh ya jadi dia kemana?” Tanya bu Ame lagi sambil mengerutkan keningnya. Ketukan di daun pinu mengintrupsi. Seisi kelas menatap kearah Klara yang di papah oleh seseorang yang tidak asing lagi disekolah itu. Karin Eka Fitri. “Maaf bu, Saya telat” kata Klara menunduk. Sebelah tangannya masih melingkar di lehernya Karin. “Loh, Klara. Kaki kamu kenapa?” Tanya bu Ame kaget ketika melihat kaki Klara di perban. “Jatuh dari tangga bu” kali ini Karin yang bebicara. “Yasudah! Sekarang kamu duduk di bangkumu” Tanpa di perintah, Karin memapah Klara ke arah tempat duduk Klara. “sini, biar gue aja” belum sempat klara tiba di bangkunya, aku sudah terlebih dahulu menggantikan posisi Karin “Rin, thanks ya udah bantuin sahabat gue?” kataku pada Karin yang langsung di balas dengan anggukan oleh Karin. Setelah itu ia pamit kepada Bu Ame. “loe nggak apa-apa Ra? Tanyaku khawatir setelah ku pastikan Klara sudah duduk dengan benar di sampingku. “loe nggak liat apa kaki gue di perban? Sakit tau! Balas Klara berbisik karena tidak ingin nantinya menarik perhatian orang-orang. Jawaban itu justru memancingku untuk tertawa. Terlebih dengan sikap Klara yang selalu blak-blakkan seperti biasanya. Au kembali konsentrasi dengan ibu Ame yang masih berkoar-koar di depan kelas yang sedari tadi ku abaikan. Begitu bela pulang berbunyi,aku segera mengantarkan Klara kerumahnya. Biasanya, waktu senja kami habiskan untuk jalan-jalan. Tapi untuk saat ini, tidak. Setelah hampir setengah jam di perjalanan, akhirnya kami tiba di depan rumah Klara. Tidak perlu menunggu lama pintu yang sebelumnya di ketuk telah terbuka. Tampak bi Inah, pembantu di rumah Klara terkejut melihat kemunculan Klara. Tapi Klara terlebih dahulu mengisyaratkan untuk diam. Klara tinggal bersama ayahnya, setelah orangtuanya broken home. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sekarang sedang bekerja di luar kota. Aku segera memapah Klara memasuki kamarnya dan membaringkannya di ranjang. “huffft, akhirnya sampai juga” kata Klara lega. Lalu tangannya segera menyambar remote AC yang berada di samping ranjangnya. Sedangkan aku duduk di kursi kecil yang berada tidak jauh dari Klara. “Loe haus lan? Loe mau minum apa?” “oh nggak usah deh ra, gue langsung pulang aja. Lagian ntar gue ada les bahasa jepang” tolakku sambil tersenyum. Klara mengangguk. “Sorry ya gue udah ngerepotin loe” “Nggak apa-apa. Gue cabut dulu ya. Loe istirahat ya” pamitku berlalu pergi. Keesokan harinya, aku sengaja bangun tidur lebih awal. Aku berniat menjenguk Klara. Stelah bersiap-siap aku langsung mengemudikan motorku menuju supermarket untuk membeli beberapa buah-buahan segar. Setelah itu, aku langsung menghampiri Klara di rumahnya. Ketika aku tiba di depan rumah nya, ku lhat Klara sudah mengenakan seragam sekolah lengkap sedang duduk di sebuah kursi di taman rumahnya. “gimana keadaan kaki loe?” kataku sambil melihat kaki Klara yang sudah tidak di perban lagi. Lalu duduk disampingnya. “It`s OK. Tapi masih sedikit sakit untuk berjalan” balasnya sambil menggerak-gerakkan kakinya. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “By The Way gue belum tau kenapa loe bisa jatuh dari tangga” “gue ngelamun” “emang ngelamunin apaan? Nyokap loe” tebakku. Klara menghela nafas lalu menganggukkan kepala. “yasudahlah! Hari minggu besok kita kerumah nyokab loe” kataku tersenyum. “dan sekarang loe nggak usah sedih.loe harus semangat hari ini” sambungku. “udah jam setengah 7 nih, ayo berangkat!” ajakku kemudian memegangi tangannya. “sini gue bantu”tawarku pada Klara setelah memarkirkan motorku dengan benar. Klara tampak berjalan agak sedikit pincang. “nggak usah. Gue bisa sendiri kok, lan” tolak Klara tanpa menghentikan langkahnya. Aku sengaja melambatkan langkahku untuk mengimbangi Klara yang di tolak untuk di papah. Karena kelas kami berada di lantai tiga. Maka kami harus menaiki beberapa anak tangga. Ku lihat Klara masih terus berjalan menaiki anak tangga. beberapa saat kemudian, bel tanda pelajaran akan di mulai berbunyi. Karena Klara menolak untuk di papah, maka aku mengambil inisiatif sendiri. “Loe apa-apaan sih, Lan?” kata Klara mencoba untuk memberontak tetapi Klara sudah terlanjur aku rangkul. “Malu Lan di liatin orang” sambungnya. Tetapi aku tetap saja tidak peduli Ku rangkul tubuh nya sampai ke kelas. Sontak aku dan Klara menjadi tontonan hingga kami tiba di kelas. Wajah malu kembali terukir di wajah manis sahabatku itu. Sementara aku, hanya membalas dengan senyuman. Oke cut dulu. Sampai jumpa di part selanjutnya.
Next Part My Bestfriend Is My Love Part ~ 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar