Blue Fire Pointer

Selasa, 25 Oktober 2016

5 Beladiri Pasukan Militer Indonesia:



          Selain peralatan tempur canggih, para personil militer di Indonesia juga memiliki beladiri yang mematikan. Beladiri militer umumnya memiliki standar khusus yang diperlukan untuk situasi – situasi sulit. Beda kesatuan beda pula beladiri yang digunakan. Namun secara garis besar, inilah beladiri andalan dari pasukan Militer Republik Indonesia.

 1. Yong Moo Do

Sejarah Yongmoodo dimulai pada tanggal 15 Oktober 1995 dimana The Martial Reearch Institut dari Yong In University Korea membentuk seni beladiri Yongmoodo yang merupakan gabungan dari beladiri Judo, Taekwondo, Apkido, Ssirum, dan Hon Sin Sul. Akar dari Yongmoodo adalah beladiri Hon Sin Sul yang berarti Beladiri.
Istilah Yongmoodo berasal dari kata Hankido yang dikembangkan di Korea pada tahun 1976. Kemudian namanya berganti menjadi Kukmodo dan berubah menjadi Yongmoodo. Yongmoodo berasal dari 3 suku kata yaitu :
1. YONG berarti naga. Naga di agungkan oleh banyak orang yang dipercaya memiliki kemampuan mistik. Naga juga diyakini mampu terbang mengeluarkan api dari mulutnya, hidup dibawah air atau dibawah tanah, menguasai alam yang dapat menyebabkan terjadinya Tsunami, gempa bumi dan membawa kemakmuran serta keberuntungan bagi yang mempercayainya.
2. MU atau MOO berarti Beladiri yang menunjuk pada pertempuran yang mengacu pada prtempuran dan perkelahian, pertahanan dan strategis, fisik, mental, serta fisikologi.
3. DO berarti cara berlatih dan cara hidup, pandangan hidup yang kosong dan berisi Philosopi serta kemampuan belajar dari alam, hidup dan perkelahian ,melawan alam.



2. Kung Fu

Kung Fu adalah beladiri asal negeri Tirai Bambu yang pada awalnya hanya dipelajari oleh biksu dari kuil Shaolin. Namun sekarang beladiri ini telah menyebar luas dan dipelajari oleh TNI. Makna dari Kung Fu sangatlah luas, kurang lebih artinya adalah sesuatu yang diperoleh dalam waktu yang lama dan dengan ketekunan yang tingi.
Pasukan elit dari TNI pernah dilatih kungfu oleh seorang keturunan Tionghoa yang bernama Efendi. Efendi dikenal sebagai seorang pendekar kungfu yang pernah berlatih di berbagai tempat. Keahliannya dalam kungfu diminati oleh TNI, yang pada akhirnya memintanya untuk melatih pasukan Kopassus.
Kepiawaian anak didik Efendi terlihat pada saat ada kunjungan istimewa dari panglima tentara Jerman. Banyak seni beladiri andalan TNI yang ditampilkan, salah satunya adalah silat Merpati Putih. Namun penampilan dari Kungfu lah yang berhasil membuat panglima Jerman kagum. Karena itu, setelah penampilannya di depan panglima Jerman tersebut, semangat Efendi makin terpacu untuk melatih pasukan Kopassus dengan lebih intens.



3. Merpati Putih

Merpati Putih atau disingkat MP merupakan salah satu dari perguruan silat yang ada di Indonesia. Silat ini mengajarkan pertempuran tangan kosong dan juga merupakan salah satu beladiri bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sejarah Merpati Putih sendiri bermulai sekitar tahun 1550-an, ilmu beladiri ini adalah salah satu dari anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan juga Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP).
Merpati putih dipastikan adalah seni beladiri asli warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Beladiri ini tadinya hanya diajarkan pada keluarga keraton yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya. Namun sekarang atas wasiat dari sang guru, ilmu beladiri Merpati Putih dapat disebar luaskan agar dapat berguna bagi negara.
Beladiri ini mengajarkan tenaga dalam yang berasal dari dalam tubuh sendiri. Dengan menggunakan teknik olah napas, para pengguna beladiri ini dapat mengeluarkan kemampuan fisik diatas manusia normal.
Pada dasarnya, semua manusia memiliki tenaga dalam di dalam tubuhnya yang dapat diaktifkan pada kondisi terdesak, seperti dikejar anjing, latihan Merpati Putih mampu membuat penggunanya dapat menggunakan tenaga dalam tanpa harus mengalami kondisi terdesak terlebih dulu.
Walaupun beladiri ini tidak dijadikan sebagai beladiri utama dalam tubuh pasukan militer Indonesia. Namun, peminatnya tetaplah banyak, terbukti dari beberapa pasukan elit atau khusus yang menggunakan Merpati Putih. Beberapa pasukan khusus yang menggunakannya antara lain adalah: pasukan elit Marinir, pasuka elit Kopaska (TNI AL), Paskhas (TNI-AU) dan juga Brimob (kepolisian).


4. Karate

Beladiri asal negeri Sakura ini merupakan beladiri yang cukup populer di Indonesia. Anda bisa menemukan beladiri ini di hampir setiap sekolah yang ada di Indonesia. Beladiri ini mendapatkan pengaruh dari beladiri asal Cina yang bernama Kempo. Karate pada awalnya disebut dengan nama “Tote” atau “Tangan Cina”. Kemudian karena masyarakat Jepang pada saat itu memiliki rasa nasionalis yang tinggi, nama Tote lalu diubah menjadi ‘Karate'(tangan kosong) agar mudah diterima oleh masyarakat Jepang.
Karate digunakan oleh TNI karena memiliki falsafah hidup yang cocok dengan nilai-nilai pada kesatuan TNI. Falsafah karate diantaranya adalah kejujuran (Gi), keberanian (Yuu), sopan santun (Rei), berjiwa positif (Seishin) dan memiliki semangat tinggi (Seiki). Selain itu, dengan berlatih karate dapat meningkatkan kemampuan fisik dan mental yang berguna untuk membela negara.
Untuk berlatih karate dengan maksimal, Kopassus mendatangkan pelatih langsung dari Jepang. Dipilih orang yang benar-benar ahli dalam Karate dari Jepang untuk melatih Kopassus. Sebagai satuan elit, tentunya Kopassus sudah memiliki basic ilmu beladiri, salah satunya adalah Silat.



5. Tarung Derajat
Olahraga Tarung Derajat diciptakan oleh seorang putra bangsa Indonesia yaitu Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.), yang akrab disapa dengan nama populernya “AA-BOXER”. Olahraga ini dilahirkannya sebagai suatu seni ilmu beladiri dengan memiliki aliran dan wadah tersendiri tanpa berapliasi dengan aliran lain dan organisasi beladiri lainnya yang ada di bumi Indonesia, serta tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain seperti pencak silat, karate, taekwondo, kempo, judo, gulat dan tinju. Namun, keberadaan Tarung Derajat tidak juga muncul dengan sendirinya, akan tetapi memiliki latar belakang suatu riwayat perjalanan hidup Sang Guru dan diridhoi oleh keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Beladiri ini, lahir atau muncul dari pengalaman hidup yang pernah dilakoni oleh Sang Guru dimana sekitar tahun 1968 hingga tahun 1970-an, anak muda ini waktu itu sering terlibat aksi kekerasan pisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan, dan penghinaan (AD/ART Kodrat: 1994). Keadaan itu, tentu bukan dia yang memulainya, tapi timbul dalam keterpaksaan “kalau ada orang yang menjahati saya, masak saya diam saja? katanya dalam (Matra, Mai: 1997). Dari berbagai perkelahian dengan pereman di pusat kota Bandung-Jawa Barat, Sang Guru selalu menang, pada hal dilihat dari postur tubuhnya yang berbobot sedang tidak meyakinkan untuk mengatasi lawan. Melihat kehebatan Sang Guru waktu itu, rupanya banyak dari gorombolan pereman yang tidak suka dengannya, maka kelompok peremanisme membuat suatu siasat untuk menghabisi Sang Guru. Mengingat jumlah preman cukup banyak, maka dia segera menghindar dari gorombolan itu. Tapi mereka terlanjur dikuasai emosi segera mengejar Sang Guru seraya meneriakkan maling. Mendengar teriakan itu, orang-orang yang tengah berada di pasar malam ketika itu, ikut memburunya sampai ia terkepung dan ramai-ramai memukulinya sampai ia terkulai lemas dan kondisi tubuhnya sangat menyedihkan.

Semenjak peristiwa pahit itu, Sang Guru mulai merenung untuk menyisiasati diri, mengasah kemampuan mempelajari berbagai jenis beladiri antara lain pencak silat dan karate. Tapi ia tetap tidak puas, alasannya semua itu belum bisa membalas sakit hatinya. Pertanyaan selalu muncul dalam benaknya “Jenis beladiri apakah yang bisa mengangkat kehormatan saya supaya tidak dihina dan disakiti orang?” Kemudian timbul pikiran dalam dirinya untuk menciptakan teknik beladiri dari berbagai beladiri yang pernah dipelajarinya yaitu memadukan lima unsur fungsi gerakan beladiri, seperti: memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengelak. Setiap hari kelima fungsi ini diputuskannya dipelajari, diasosiasi dan dipraktekkan sendiri dalam kehidupannya, minimal empat jam sehari dia berlatih dan menemukan teknik-teknik praktis dan efektif, serta merangkai gerakan seni beladiri yang akrobatis dan indah ditonton oleh masyarakat.
Setelah merasa matang dengan ilmu baru yang dia kemas (konsep) sendiri dan dipraktekkannya kepada orang-orang yang mencoba memeras atau membuat masalah selalu dilayaninya. Para berandal dianggap Sang Guru paling tepat untuk menguji teknik beladirinya itu. Ketika itu “terpukul oleh lawan, kok tidak terasa sakit?” tanyanya kepada diri sendiri. “Kesaktian” itu rupanya cukup membawa manfaat. Setiap kali ada orang yang dianiaya atau disakiti oleh berandalan (preman), maka Sang Guru bisa berbuat sesuatu menegakkan kebenaran. Dari sinilah namanya mulai dikenal sebagai pembela orang-orang yang disakiti secara pisik dengan sebutan AA-BOXER yang memiliki kemampuan beladiri yang luar biasa, yakni bertenaga: kuat, cepat, tepat, berani dan ulet, sehingga dia sering menyebutnya keberhasilan pergerakanTarung Derajat sebagai dasar filosofis gerak tubuh ditentukan oleh lima khas kunci kemampuan.

Latihan fisik Tarung Derajat sangatlah keras, mulai dari menahan pukulan sampai dengan memecahkan batako dengan kepala.
Sekarang beladiri ini banyak digunakan oleh kalangan militer maupun polisi. Tarung derajat juga sudah menjadi beladiri resmi POLRI.


Bagaimana guys?! Apa beladiri pilihan kalian?

Jumat, 21 Oktober 2016

My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

          Back to blog lagi admin yang cakep, hehe! Oh ya, ini masih dengan lanjutan CerBung My Bestfriend Is My Love yak. Emp udah masuk Part 3 ya, nggak terasa ngetiknya, pegel-pegel juga.
Oke deh! Langsung saja simak lanjutannya. Happy Reading guys!

My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

“Apa bu? Bersih-bersih gudang lagi? Bukannya kemarin udah dibersihin ya bu?” tanyaku memastikan. Barusan Bu Ani memerintahkan ku untuk membersihkan gudang sekolah yang bisa dibilang nggak ada bersih-bersihnya. Alias tempat yang paling kotor. Walaupun baru dua hari yang lalu sudah dibersihkan.
Anggukan dari Bu Ani seakan-akan menghipnotis langkahku. Secara nih tubuh langsung manut nurut perintah Bu Ani. Padahal, tadi mau protes. Dengan langkah gontai aku menuju ke gudang sekolah dengan membawa kemoceng dan sapu. Dengan bermalas-malasan ku bersihkan satu persatu barang-barang yang sudah berdebu itu.

“rajin amat loe beres-beres. Mau jadi siswa teladan ya” sontakku menoleh kearah datangnya suara. Dengan senyum manis, Karin melangkah kearahku. Ku balas dengan senyuman singkatku lalu meneruskan aktifitasku.
“Sembarangan! Gue lagi di hukum tau”
 “oh ya? Kali ini kenapa? Loe berantem lagi?” tanya Karin sambil mengulurkan tangan mengumpulkan bola-bola kekeranjang.
Lantas tidakku jawab. Ku kibas-kibaskan peralatan olahraga yang sudah lama tidak terpakai. Kemudian, ku alihkan pandanganku pada Karin. Ku gerakkan mulutku untuk menjawab pertanyaan Karin tadi.
“Bukan, gue nggak ngerjain PR” ku sunggingkan senyuman pahit lalu kembali fokus dengan aktifitasku.
“Loe nggak belajar?” tambahku bertanya tanpa menoleh.
“Nggak, guru gue nggak masuk” balas Karin. Ku anggukkan kepala tanda mengerti.
          Kira-kira empat puluh menitan berlalu, aku dan Karin sudah selesai membersihkan gudang terkutuk itu. Ku tarik nafas panjang lalu menoleh kearah Karin yang sedang menghapus keringan dikeningnya.
“Huih, akhirnya beres juga. Thanks ya udah bantuin” kataku tulus. Gadis itu tersenyum. Sepertinya dia sama sekali tidak merasa keberatan.
“masih ada sepuluh menitan lagi nih sebelum bel bunyi. Ikut gue kekantin yuk. Gue traktir loe minum” ajakku kemudian. Sejenak Karin berfikir. Baru kemudian kepalanya mengangguk setuju.
Tebakan ku pas sasaran. Setelah sepuluh menit kami dikantin menikmati teh es dan pisang goreng., bel masuk berbunyi. Aku bergegas pergi kekelas setelah sebelum nya pamit kepada Karin yang tampaknya masihbelum beranjak dari tempatnya.
          Tepat saat aku mendaratkan tubuhku di tempat dudukku, Bu Ika sudah berada di depan kelas. Sejenak ku perhatikan Klara yang tampak mengeluarkan buku-bukunya. Iseng, ku pukul tangannya dengan ujung penaku.
“Apaan sih? Sakit tau” kata Klara dengan nada manja sambil memegangi tangannya.
“Loe jahat ya?” tudingku kearah muka gadis itu. Klara terdiam tidak mengerti dengan maksudku. Kemudian mulutnya mulai bergerak.
“Yang ada loe nya yang jahat. Salah gue apa coba?” tanya Klara berfikir-fikir.
“Loe..” belum sempat aku melanjutkan omonganku. Bu Ika terlebih dahulu memotong.
“Baiklah anak-anak. Hasil ulangan kemarin cukup memuaskan. Hanya beberapa orang yang nilai ulangannya di bawah standar”
          Bu Ika menyebutkan nama dan memberikan kertas hasil ulangan kemarin. Setelah tiba di namaku. Aku segera maju kedepan untuk menerima kertas hasil ulanganku.
Setelah menerima kertas hasil ulangan MYOB ku. Mataku terbelalak, langkahku terhenti. Seluruh seisi kelas memandang kearahku heran. Suasana mendadak hening.
“ eh lan, loe dapat nilai berapa?” tanya Andri memecah suasana. Ku ayunkan kembali langkahku santai. Seperti tanpa beban.
“Loe kenapa lan? Kayak habis ketimpa duren gitu?” bisik Klara. Tatapannya tidak berkedip kearahku. Hingga saat namanya di panggil, Klara beranjak dari tempatnya. Lalu bergegas meraih kertas hasil ulangannya.
“yes! Gue dapat 95” Klara kegirangan.
          Klara kembali menuju tempat duduknya. Saat akan mendaratkan tubuhnya, Klara menyambar kertas hasil ulanganku. Klara terpaku dengan mulut sedikit menganga.
“Lan, Loe..” Klara tidak meneruskan omongannya karena aku segera merampas kertas hasil ulanganku itu.
“Apaan sih, Ra? Main sambar aja”
“gue nggak yakin loe dapat nilai segitu” ungkap Klara tidak percaya. Ku angkat sebelah alisku.
“Loe nggak belajar ya? Atau loe lagi sakit? Atau kertas loe tertukar ? atau..” segera kututup mulutnya dengan jariku. Pandangannya kin fokus pada jariku.
“nih jari resek ya? Sini..” kata Klara sambil menggigit jariku.
“akh, sakit tau” kataku mengelus-elus jariku. Klara tersenyum penuh kemenangan. Sementara aku membalas dengan cibiran.
          Bel tanda istirahat berbunyi. Ku rebahkan kepalaku diatas meja.
“Lan, Kekantin yuk? Gue laper nih?” ajak Klara memegangi perutnya. Aku mengangkat kepalaku. Kupandangi Klara yang tampaknya benar-benar laper. Tapi juga seperti orang yang kebelet pipis.
“loe laper atau kebelet pipis sih?” tanyaku sinis.
“laper tau” jawab Klara lengkap dengan gaya lebaynya dan mulut yang di monyong-monyongkan.
“oke deh. Ayo!” kataku sambil beranjak dari tempatku. Dengan sigap Klara menarik tanganku lalu berlari. Aku mengikuti dari belakang.
          Setiba di depan perpustakaan, Klara menabrak Karin yang baru keluar dari perpustakaan. Dengan sigap ku tangkap tangan Karin dan tanpa disengaja Karin ku peluk dan mataku dan Karin saling bertatapan. Sedangkan Klara jatuh tersungkur.

Bersambung...
Next To My Bestfriend Is My Love ~ Part 4

Kamis, 13 Oktober 2016

My Bestfriend Is My Love ~ Part 1


Akhirnya, CerBung pertama Admin jadi juga. Ini baru pertama kalinya Admin Ngepost CerBung yang ide nya udah lama di tuangkan di buku tulis. Ya Admin berfikir, sia-sia rasanya kalo cuma ditulis lalu nggak ada yang membaca + mengapresiasikan karya Admin. Karena Admin juga hobi banget nulis. Nggak ada salahnya kan buat Admin ngShare ke kalian yang hobi membaca.
Nah, cukup segitu aja kali ya basa-basi nya. Penasaran kan sama ceritanya? So, mending simak langsung jalan ceritanya. Happy Reading! 
My Bestfriend Is My Love ~ Part 1
Namaku Kelana Jayaputra. Cukup dipanggil Kelana. Aku bersekolah disebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terfavorit dikotaku. Aku termasuk siswa terpandai. Setiap pembagian raport, aku selalu mendapat juara kelas dan tidak pernah lari dari tiga besar. Tetapi aku juga termasuk siswa terbandel dan suka cari onar disekolahku. terbukti pada setiap bulannya, ada minimal dua surat panggilan orangtua yang aku terima.
Seperti halnya siang itu. Setelah bel istirahat berbunyi, aku segera berlari menuju kantin sekolah. Tanpa disengaja aku menabrak seseorang yang aku kenal tengah sedang membawa buku. Namanya Beni, Anak kelas XII Teknik Pengelasan.
"Eh kalo jalan tuh pake mata!" kataku membentak lalu merapikan bajuku.
"Kan loe duluan yang nabrak gue" balas Beni dengan raut wajah kesal seraya memungut buku-buku nya yang berserakan.
"Loe berani sama gue?" tantangku menarik kerah bajunya. Beni hanya membalas ngotot.
"Apa!? Kalo berani maju!" tambahku membalas ngotot juga. Kali ini Beni tidak membalas, ia kembali memungut dan merapikan buku-bukunya. Aku memandangnya dengan wajah sinis lalu bergumam, "Ah, dasar lemah loe!"
Secara tiba-tiba kepalan tangan Beni menghantam rahangku. Gerak refleks ku membalas melayangkan kepalan mengarah kerahangnya pula. Beni kembali membalasku. sehingga emosiku tidak lagi terbedung. perkelahian sengit pun terjadi.
Perkelahian berlangsung semakin memanas hingga seorang Siswi melerai perkelahian kami. Saat kulihat Tag Name nya tertera nama "Karin". Karin termasuk anggota OSIS yang menjabat sebagai sekretaris.
"Eh, apa-apaan nih? kenapa kalian berkelahi?" Tanya Karin dengan sorot mata tajam.
"Tuh anak yang nyari-nyari masalah sama gue" tuding Beni kearahku.
"Bukan gue, dianya tuh yang jalan nggak pake mata" bantahku menepis tudingannya.
"Sudah-sudah! Mending loe berdua ikut gue keruang BP. Kalian selesain
masalah kalian disana nanti" Kata Karin sambil menarik tangan kami berdua.
Saat dipertengahan jalan ke ruang BP, aku mempunyai ide untuk kabur.
"Lepasin dong tangan gue. gue juga bisa jalan sendiri" kataku sambil menarik tanganku. Karin hanya menatapku dengan wajah kesal.
Ketika Karin lengah, aku menyelinap ke dalam gudang sekolah. setelah Karin dan Beni berlalu dari tempat itu, aku segera berlari menuju kelas. Tampaknya rasa laparku sudah hilang gara-gara masalah yang ku perbuat.
Setibanya aku dikelas, sahabatku Klara langsung menghampiriku. Raut wajah bingung tergambar disana. Sengaja aku tidak menghiraukannya. Karena kalo dia tau aku buat masalah lagi, pasti ia akan mengomeliku.
"Loe kenapa?" tanya Klara Singkat. Aku hanya membalas dengan gelengan.
"Loe buat masalah lagi kan?" tambahnya bertanya lagi. 
"duhh, nih anak ya. Tau aja sama sifat gue" gumamku tanpa melirik kepadanya.
"Ayo jawab!" bentak Klara.
"Apaan sih, Ra? Gue nggak apa-apa kok"
"Ohh.. Gitu!" Klara mengambil posisi duduk disampingku. Sejenak dia diam.
Tiba-tiba aku mendengar suara perut keroncongan. Senyum meledek langsung ku arahkan kearah datangnya suara itu yang ternyata berasal dari perut Klara.
"Loe laper?" tanyaku menahan tawa. Klara balas mengangguk manja.
"Ayo!" ajakku sambil beranjak. Klara hanya diam di tempat.
"Loe kenapa masih disitu? ayo!" Ajakku lagi. Kini Klara tersenyum manis.
"Loe yang traktir ya?" 
"Hm.. Oke deh!" Kataku setelah sebelumnya mencibir. lalu beranjak pergi kekantin.
Setelah tiba dikantin, kami memesan makanan dan minuman. Lalu aku duduk tepat dihadapan Klara duduk. Klara menatapku dalam. entah apa maksud gadis ini.
"Lan! Please deh. Loe kapan tobatnya sih?" tanya Klara tiba-tiba.
"Besok" jawabku asal. membuat Klara kesal. tampaknya saat ini gadis itu sedang tidak ingin bercanda.
"Gue serius lan. Loe sampai kapan kayak gini. Secara kitakan udah kelas tiga. Kan nanggung kalo loe sampai dikeluarin dari sekolah" Omel Klara.
Aku hanya membalas dengan tawaan. Klara memilih untuk bungkam. terlebih lagi pesanan sudah datang. dan untuk beberapa saat gadis itu memusatkan pehatiannya pada pesanan itu.
"Denger ya Klara. Sahabat gue yang puaaliiing baiik plus imuut. kalo tiba pada masanya pasti gue berubah kok. tapi nggak sekarang. Ntar pasti ada waktunya. Cuma sekarang gue lagi kepengen seneng-seneng aja"
"Kapan Lan? Terus terang gue nggak suka ngelihat loe dihukum mulu cuma gara-gara kejahilan loe sendiri"
"Kenapa? Jangan-jangan loe naksir gue ya?" candaku.
"Nggak lucu!" potong Klara cepat.
Klara menghembuskan nafas. Sorotan mata indahnya mengarah kearahku. 
"Kalo loe bisa berubah. Loe bisa minta tiga permintaan dari gue"
"Apapun?" Tanyaku sedikit serius.
"iya apapun" balas Klara cepat.
"Gue kasih loe waktu satu semester ini. Tapi kalo loe sampai nggak berubah-ubah loe mau ngasih apa sama gue?" Tambah Klara.
"Menurut loe gue ada kemungkinan berubah nggak?" balasku bertanya sambil mengernyitkan dahi. Klara hanya membalas menggeleng dan menaikkan bahu.
Bel tanda pelajaran terakhir dimulai terdengar. Masing-masing siswa telah duduk manis dikelas. siap untuk menerima pelajaran.
Tiba-tiba guru BP memasuki kelas diikuti Karin dibelakangnya. Suasana yang mulanya lumayan gaduh berubah menjadi hening. bahkan suara jangkrik terdengar. 
"Kelana! Ikut ibu keruang BP sekarang!" kata guru BP itu sedikit membentak. Aku tertunduk lalu beranjak dari tempat dudukku.
"Loe bikin masalah lagi, lan?" bisik Klara. Aku mengangguk pelan lalu kembali melangkah mengikuti guru BP itu.
"Selagi loe disekolah ini, loe nggak bakalan bisa kabur" bisik Karin tanpa menoleh. 
Setelah masalah itu selesai dibahas, aku kembali menuju ruangan belajarku dengan membawa surat panggilan orangtua. kenapa tidak. dalam seminggu ini, aku sudah empat kali berkelahi.
Dengan langkah gontai, aku melangkah ke tempat dudukku. Pandangan Klara yang mulanya fokus pada materi yang disampaikan guru beralih kearahku. Lalu pandangannya beralih kembali kearah surat yang ku bawa.
"Surat panggilan ortu lagi, lan?" bisik Klara.
Aku mengangguk lesu. Klara membalas dengan gelengan. lalu kembali fokus kearah guru yang sedang berkoar-koar menyampaikan materi pelajaran.

Hufftt, Gimana? GaJe kan? #gubrak (Jatuh dari kursi). Orang bagus gini kok. Oke mumpung tangan Admin udah keriting, kita lanjut besok aja ya guys. sampai jumpa!
Lanjut ke My Bestfriend Is My Love ~ Part 2

My Bestfriend Is My Love ~ Part 2



Wah.. otak admin lagi beku nih. Habis tadi di sekolah pelajarannya susah-susah gitu. Jadinya, pacar pun lewat deh (dicuekin,hehehe). Tapi untungnya lanjutan dari cerita “My Bestfriend Is My Love” masih admin usahakan buat ngatur jalur ceritanya supaya nyambung dan gak ngaco.
Nah, cukup segitu pembukaan kalimatnya. So, mendingan kita langsung simak jalan ceritanya. Happy reading guys!
My Bestfriend Is My Love ~ Part 2
            Bel tanda sekolah usai berbunyi. Entah kenapa bel kali ini terasa sangat mengganggu di telingaku. Mungkin karena mood ku sedang buruk kali ya.
            Seperti biasanya, aku pulang bersama Klara dengan sepeda motorku.Tanpa ku sengaja aku melihat surat panggilan orangtua jatuh tepat di antara kedua kakiku. tanpa berikir panjang aku meraih surat itu.
“Surat panggilan lagi, Surat panggilan lagi” Ujar Klara kemudian merebut surat itu dari tanganku. Saat membaca tulisan yang berada di sudut kanan surat, Klara menggeleng-gelengkan kepala.
“tuh surat…” belum sempat Klara berkomentar, aku langsung memotongnya.
“gak bakalan nyampe ke ortu gue” cetusku membuang surat itu ke tong sampah.
“lagian, gak ada gunanya” tambahku. Klara melongo. Mulutnya yang kecil terbuka. Aku menutup mulutnya dengan dua jari tanganku.
“tutup tuh mulut. Kalo misalnya tai burung jatuh ke mulut loe gimana” ledekku tersenyum. Klara mencibir. Kemudian, gadis itu naik keatas motor. Ku lajukan motorku kerumahnya Klara. Memang jarak rumahku dan rumah Klara tidak terlalu jauh. Hanya berjarak sekitar 300 meter.
“Thanks ya, lan. Oh ya, gak masuk dulu?” tawar Klara saat kami tiba tepat di depan rumahnya.
“Gak deh, lain kali aja”
“Oh ya ntar malem kosongkan? Gue mau ngajakin loe diner di tempat biasa” ajakku sambil menatapnya.
“hm, oke deh. Kayaknya ntar malem kosong, gak ada acara” balas Klara yang tadi sudah melangkah ke pintu rumah lalu memutar langkahnya kembali. Aku tersenyum tipis lalu berlalu dari hadapan Klara.
                Malam tiba. Cahaya bulan menembus kedalam kamarku lewat jendela. Setelah selesai berdandan. Ku tancap gas menuju rumah Klara yang ternyata sudah menungguku di taman rumahnya yang tidak terlalu luas tetapi menyejukkan mata.
“udah lama nunggu, ra?” Tanya ku menghampirinya.
“gak kok” jawabnya singkat dengan senyuman manis dari bibir tipisnya.
“ayo berangkat!” ajakku berbalik darinya.
                Kami pun pergi menuju sebuah restoran yang biasa kami datangi. Tempatnya yang bagus dihiasidengan lukisan-lukisan beraliran romantisme nya yang pastinya menambah daya tarik orang lain untuk mendatangi tempat itu.
                Tetapi anehnya, tempat itu sepi pengunjung. Hanya ada satu atau dua pasangan yang berkunjung kerestoran ini.
“aneh ya, padahal tempatnya bagus. Tapi kok selalu sepi pengunjung ya?” gumam Klara melirik kearah lukisan satu persatu.
“ya gak semua tempat bagus itu menarik di mata orang-orang, ra” balasku dengan nada seperti guru TK yang mengajari muridnya.
“iya juga sih” ujar gadis itu mengangguk. Lalu matanya berhenti menatap lukisan itu. Di tambah pesanan yang sebelumnya sudah di pesan sudah tiba.
                Sedang asik menyantap makanan sekilas terlihat olehku sosok Karin duduk di pojok restoran sedang memainkan gelas yang berisikan jus.
“eh, itu Karin kan?” tunjukku kea rah Karin. Sontak membuat Klara berhenti melahap dan menoleh kearah yang aku tunjuk.
“iya, itu karin. tuh anak ngapain sendirian di tempat ini?” tanya Klara acuh.
“atau mungkin dia putus sama pacarnya?” ujar Klara menebak-nebak. Ku anggkat bahu ku pertanda aku tidak tau. Ya iyalah! Mana aku tau dia kenapa. Orang aku gak kenal-kenal amat sama tuh orang. Klara kembali focus pada makanannya. 
                Aku berniat untuk menghampirinya. Kali aja dianya lagi ada masalah. Mana tau aku kan bisa meringankan masalahnya.
                Eits.. jangan bilang aku suka sama dia. Pada pandangan pertama lagi. Yang benar saja. Secara tuh anak suka banget ikut-ikutan persoalan orang lain, makanya di sekolah aku paling anti sama dia.
                Tapi, kayaknya beda jika di luar sekolah. Aku malah terpesona melihat penampilan Karin yang super perfect malem itu.
“eh, ntar loe naksir lagi sama tuh anak” ujar Klara mengejutkanku.
“yee.. gak lah” balasku mencibir. Lalu ku alihkan pandanganku pada makanan yang sudah kuabaikan sedari tadi.
                Setelah selesai makan. Aku melangkah menghampiri Karin. Karin sedikit tersentak karena kedatanganku tiba-tiba.
“eh biasa aja kali. Kayak habis liat hantu aja” candaku. Karin menoleh kearahku sejenak lalu tersenyum.
“loe sendirian?” tanyaku sembari duduk di hadapannya. Karin hanya mengangguk.
“loh, emang temen loe mana?” tanyaku mengernyitkan kening. Karin mengangkat bahu.
“hm, kayaknya lagi gak bisa diganggu ya. Yaudah deh sorry ganggu” ujarku lalu beranjak.
“eh, gak ganggu kok. Loe duduk aja. Kalo perlu ajak duduk bareng juga cewek loe” kata Karin menahanku. Aku kembali mengernyitkan kening. Siapa yang dia bilang cewek gue.
Seolah mengerti dengan raut wajah ku. Karin melirik kearah Klara yang duduknya membelakangi kami. Sontak aku tertawa.
“hahaha, kami gak pacaran” cetusku.
“gak pacaran, tapi kok deket banget ya?”
“dia Cuma sahabat gue sejak gue SMP”
            Karin tampak menganggukkan kepala. ku tolehkan pandanganku kearah Klara.
“ra, sini ngumpul bareng” ajakku. Klara langsung beranjak dari kursi lalu mengambil posisi duduk disebelahku.
            Karin menatap Klara. Membuat Klara mengernyit.
“Cuma sahabat. Tapi romantis banget ya” kata Karin tersenyum tipis. ku balas dengan senyuman pula.
“kalian lebih cocok disebut TTM” tambah Karin. Aku tertawa, sedangkan Klara hanya menyengir.
            Sejenak kami terdiam. Suasana tampak canggung. Ku coba untuk memulai pembicaraan.
“loe kenapa duduk sendirian disini?” tanyaku. Karin menggeleng. Raut wajahnya berubah menjadi sendu. Sepertinya gadis itu sedang mengalami sebuah masalah. Sehingga membuatnya untuk mengasingkan diri.
            Merasa Karin tidak akan mau membahas tentang masalah yang dihadapinya. Ku alihkan topik pembicaraan.
“loe jurusan apa sih?”
“gue jurusan TKJ, emang loe belum tau?" balas Karin bertanya. Aneh ya? Udah jelas-jelas gue nanya. Itu artinyakan gue gak tau.
“ya belumlah. Makanya gue nanya” kataku tertawa kecil diikuti dengan senyuman Karin. Ku menoleh kearah Klara yang sedari tadi hanya diam.
“loe kenapa?” tanyaku mengernyit.
“gak apa-apa kok. Loe berdua lanjut aja. Gue mau ke belakang dulu” jawab Klara santai. Aku masih tidak megerti. Kenapa Klara mendadak berubah seperti ini. Biasanya dia pasti yang paling ribut kalo sedang bercanda. Tanpa berfikir panjang kulanjutkan percakapanku dengan Karin.
            kami mengobrol kurang lebih satu jam. Terlintas di pikiranku. Kemana perginya sahabatku, Klara? Aku berpikir sejenak tentang apa yang membuat Klara tidak kembali. Cemas dan bimbang, atau jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya.
“eh loe kenapa?” tanya Karin menyadarkanku.
“tuh sahabat gue, kok gak muncul-muncul juga ya?”
“coba loe hubungin, kali aja dia ada urusan mendadak” 
             Aku menghubungi Klara. Tetapi tidak ada timbal balik darinya. Biasanya sih, kalo dia ada urusan pasti dia ngasih tau.
“gimana?” tanya Karin menatapku lurus. Aku menggeleng.
“kali aja udah pulang” jawabku asal.
             Aku melanjutkan obrolanku dengan Karin. Ternyata Karin orangnya asik.
“ternyata loe orangnya asik juga ya?” tanyaku.
“akh gak juga sih. Ya secara loe nya juga asik” balasnya melontarkan senyuman. Ku balas senyuman itu dengan senyuman pula.
            Ku melirik kearah jam tangan yang melingkar di tangan kiriku.
“gak kerasa ya udah jam 10”
“hah? Udah jam 10? Duh, gue pulang dulu ya? Takutnya bokap gue marah” pamit Karin. Di raihnya tas kecil yang dia taruh di kursi di sebelahnya. Lalu beranjak dari tempatnya.
“oh, iya Rin. Perlu gue anterin?” tanyaku ikutan beranjak dari tempatku.
“hm, oke deh”  Karin mengangguk setelah berfikir sejenak.
            Setelah mengantarkan Karin, aku tidak langsung pulang kerumah. Aku berniat untuk mampir ke rumah Klara. Untuk memastikan dia sudah pulang.
            Saat aku tiba di depan rumah Klara. ku lihat Klara sedang duduk sendiri di bangku taman.
“Hm, Klara kenapa ya” gumamku sambil melangkah kearahnya.
Karin yang mengetahui kedatanganku, hanya bersikap cuek setelah dia melirik kearahku sejenak.
“Eh, loe kenapa sih main cabut gitu aja?” tanyaku sambil duduk di smpingnya.
“ya gue gak mau aja ganggu loe berdua” balasnya tanpa menoleh. Aku menghela nafas lega. Lalu berujar.
“loe kira gue ama Karin ngapain? Ya dekatnya juga baru tadi”
“gue nya di cuekin” balasnya mencibir manja. Aku tertawa-tawa kecil mendengar apa yang dikatakan sahabatku barusan. 

To Be Continue
My Bestfriend Is My Love ~ Part 3