Blue Fire Pointer

Jumat, 21 Oktober 2016

My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

          Back to blog lagi admin yang cakep, hehe! Oh ya, ini masih dengan lanjutan CerBung My Bestfriend Is My Love yak. Emp udah masuk Part 3 ya, nggak terasa ngetiknya, pegel-pegel juga.
Oke deh! Langsung saja simak lanjutannya. Happy Reading guys!

My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

“Apa bu? Bersih-bersih gudang lagi? Bukannya kemarin udah dibersihin ya bu?” tanyaku memastikan. Barusan Bu Ani memerintahkan ku untuk membersihkan gudang sekolah yang bisa dibilang nggak ada bersih-bersihnya. Alias tempat yang paling kotor. Walaupun baru dua hari yang lalu sudah dibersihkan.
Anggukan dari Bu Ani seakan-akan menghipnotis langkahku. Secara nih tubuh langsung manut nurut perintah Bu Ani. Padahal, tadi mau protes. Dengan langkah gontai aku menuju ke gudang sekolah dengan membawa kemoceng dan sapu. Dengan bermalas-malasan ku bersihkan satu persatu barang-barang yang sudah berdebu itu.

“rajin amat loe beres-beres. Mau jadi siswa teladan ya” sontakku menoleh kearah datangnya suara. Dengan senyum manis, Karin melangkah kearahku. Ku balas dengan senyuman singkatku lalu meneruskan aktifitasku.
“Sembarangan! Gue lagi di hukum tau”
 “oh ya? Kali ini kenapa? Loe berantem lagi?” tanya Karin sambil mengulurkan tangan mengumpulkan bola-bola kekeranjang.
Lantas tidakku jawab. Ku kibas-kibaskan peralatan olahraga yang sudah lama tidak terpakai. Kemudian, ku alihkan pandanganku pada Karin. Ku gerakkan mulutku untuk menjawab pertanyaan Karin tadi.
“Bukan, gue nggak ngerjain PR” ku sunggingkan senyuman pahit lalu kembali fokus dengan aktifitasku.
“Loe nggak belajar?” tambahku bertanya tanpa menoleh.
“Nggak, guru gue nggak masuk” balas Karin. Ku anggukkan kepala tanda mengerti.
          Kira-kira empat puluh menitan berlalu, aku dan Karin sudah selesai membersihkan gudang terkutuk itu. Ku tarik nafas panjang lalu menoleh kearah Karin yang sedang menghapus keringan dikeningnya.
“Huih, akhirnya beres juga. Thanks ya udah bantuin” kataku tulus. Gadis itu tersenyum. Sepertinya dia sama sekali tidak merasa keberatan.
“masih ada sepuluh menitan lagi nih sebelum bel bunyi. Ikut gue kekantin yuk. Gue traktir loe minum” ajakku kemudian. Sejenak Karin berfikir. Baru kemudian kepalanya mengangguk setuju.
Tebakan ku pas sasaran. Setelah sepuluh menit kami dikantin menikmati teh es dan pisang goreng., bel masuk berbunyi. Aku bergegas pergi kekelas setelah sebelum nya pamit kepada Karin yang tampaknya masihbelum beranjak dari tempatnya.
          Tepat saat aku mendaratkan tubuhku di tempat dudukku, Bu Ika sudah berada di depan kelas. Sejenak ku perhatikan Klara yang tampak mengeluarkan buku-bukunya. Iseng, ku pukul tangannya dengan ujung penaku.
“Apaan sih? Sakit tau” kata Klara dengan nada manja sambil memegangi tangannya.
“Loe jahat ya?” tudingku kearah muka gadis itu. Klara terdiam tidak mengerti dengan maksudku. Kemudian mulutnya mulai bergerak.
“Yang ada loe nya yang jahat. Salah gue apa coba?” tanya Klara berfikir-fikir.
“Loe..” belum sempat aku melanjutkan omonganku. Bu Ika terlebih dahulu memotong.
“Baiklah anak-anak. Hasil ulangan kemarin cukup memuaskan. Hanya beberapa orang yang nilai ulangannya di bawah standar”
          Bu Ika menyebutkan nama dan memberikan kertas hasil ulangan kemarin. Setelah tiba di namaku. Aku segera maju kedepan untuk menerima kertas hasil ulanganku.
Setelah menerima kertas hasil ulangan MYOB ku. Mataku terbelalak, langkahku terhenti. Seluruh seisi kelas memandang kearahku heran. Suasana mendadak hening.
“ eh lan, loe dapat nilai berapa?” tanya Andri memecah suasana. Ku ayunkan kembali langkahku santai. Seperti tanpa beban.
“Loe kenapa lan? Kayak habis ketimpa duren gitu?” bisik Klara. Tatapannya tidak berkedip kearahku. Hingga saat namanya di panggil, Klara beranjak dari tempatnya. Lalu bergegas meraih kertas hasil ulangannya.
“yes! Gue dapat 95” Klara kegirangan.
          Klara kembali menuju tempat duduknya. Saat akan mendaratkan tubuhnya, Klara menyambar kertas hasil ulanganku. Klara terpaku dengan mulut sedikit menganga.
“Lan, Loe..” Klara tidak meneruskan omongannya karena aku segera merampas kertas hasil ulanganku itu.
“Apaan sih, Ra? Main sambar aja”
“gue nggak yakin loe dapat nilai segitu” ungkap Klara tidak percaya. Ku angkat sebelah alisku.
“Loe nggak belajar ya? Atau loe lagi sakit? Atau kertas loe tertukar ? atau..” segera kututup mulutnya dengan jariku. Pandangannya kin fokus pada jariku.
“nih jari resek ya? Sini..” kata Klara sambil menggigit jariku.
“akh, sakit tau” kataku mengelus-elus jariku. Klara tersenyum penuh kemenangan. Sementara aku membalas dengan cibiran.
          Bel tanda istirahat berbunyi. Ku rebahkan kepalaku diatas meja.
“Lan, Kekantin yuk? Gue laper nih?” ajak Klara memegangi perutnya. Aku mengangkat kepalaku. Kupandangi Klara yang tampaknya benar-benar laper. Tapi juga seperti orang yang kebelet pipis.
“loe laper atau kebelet pipis sih?” tanyaku sinis.
“laper tau” jawab Klara lengkap dengan gaya lebaynya dan mulut yang di monyong-monyongkan.
“oke deh. Ayo!” kataku sambil beranjak dari tempatku. Dengan sigap Klara menarik tanganku lalu berlari. Aku mengikuti dari belakang.
          Setiba di depan perpustakaan, Klara menabrak Karin yang baru keluar dari perpustakaan. Dengan sigap ku tangkap tangan Karin dan tanpa disengaja Karin ku peluk dan mataku dan Karin saling bertatapan. Sedangkan Klara jatuh tersungkur.

Bersambung...
Next To My Bestfriend Is My Love ~ Part 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar