Blue Fire Pointer

Kamis, 13 Oktober 2016

My Bestfriend Is My Love ~ Part 2



Wah.. otak admin lagi beku nih. Habis tadi di sekolah pelajarannya susah-susah gitu. Jadinya, pacar pun lewat deh (dicuekin,hehehe). Tapi untungnya lanjutan dari cerita “My Bestfriend Is My Love” masih admin usahakan buat ngatur jalur ceritanya supaya nyambung dan gak ngaco.
Nah, cukup segitu pembukaan kalimatnya. So, mendingan kita langsung simak jalan ceritanya. Happy reading guys!
My Bestfriend Is My Love ~ Part 2
            Bel tanda sekolah usai berbunyi. Entah kenapa bel kali ini terasa sangat mengganggu di telingaku. Mungkin karena mood ku sedang buruk kali ya.
            Seperti biasanya, aku pulang bersama Klara dengan sepeda motorku.Tanpa ku sengaja aku melihat surat panggilan orangtua jatuh tepat di antara kedua kakiku. tanpa berikir panjang aku meraih surat itu.
“Surat panggilan lagi, Surat panggilan lagi” Ujar Klara kemudian merebut surat itu dari tanganku. Saat membaca tulisan yang berada di sudut kanan surat, Klara menggeleng-gelengkan kepala.
“tuh surat…” belum sempat Klara berkomentar, aku langsung memotongnya.
“gak bakalan nyampe ke ortu gue” cetusku membuang surat itu ke tong sampah.
“lagian, gak ada gunanya” tambahku. Klara melongo. Mulutnya yang kecil terbuka. Aku menutup mulutnya dengan dua jari tanganku.
“tutup tuh mulut. Kalo misalnya tai burung jatuh ke mulut loe gimana” ledekku tersenyum. Klara mencibir. Kemudian, gadis itu naik keatas motor. Ku lajukan motorku kerumahnya Klara. Memang jarak rumahku dan rumah Klara tidak terlalu jauh. Hanya berjarak sekitar 300 meter.
“Thanks ya, lan. Oh ya, gak masuk dulu?” tawar Klara saat kami tiba tepat di depan rumahnya.
“Gak deh, lain kali aja”
“Oh ya ntar malem kosongkan? Gue mau ngajakin loe diner di tempat biasa” ajakku sambil menatapnya.
“hm, oke deh. Kayaknya ntar malem kosong, gak ada acara” balas Klara yang tadi sudah melangkah ke pintu rumah lalu memutar langkahnya kembali. Aku tersenyum tipis lalu berlalu dari hadapan Klara.
                Malam tiba. Cahaya bulan menembus kedalam kamarku lewat jendela. Setelah selesai berdandan. Ku tancap gas menuju rumah Klara yang ternyata sudah menungguku di taman rumahnya yang tidak terlalu luas tetapi menyejukkan mata.
“udah lama nunggu, ra?” Tanya ku menghampirinya.
“gak kok” jawabnya singkat dengan senyuman manis dari bibir tipisnya.
“ayo berangkat!” ajakku berbalik darinya.
                Kami pun pergi menuju sebuah restoran yang biasa kami datangi. Tempatnya yang bagus dihiasidengan lukisan-lukisan beraliran romantisme nya yang pastinya menambah daya tarik orang lain untuk mendatangi tempat itu.
                Tetapi anehnya, tempat itu sepi pengunjung. Hanya ada satu atau dua pasangan yang berkunjung kerestoran ini.
“aneh ya, padahal tempatnya bagus. Tapi kok selalu sepi pengunjung ya?” gumam Klara melirik kearah lukisan satu persatu.
“ya gak semua tempat bagus itu menarik di mata orang-orang, ra” balasku dengan nada seperti guru TK yang mengajari muridnya.
“iya juga sih” ujar gadis itu mengangguk. Lalu matanya berhenti menatap lukisan itu. Di tambah pesanan yang sebelumnya sudah di pesan sudah tiba.
                Sedang asik menyantap makanan sekilas terlihat olehku sosok Karin duduk di pojok restoran sedang memainkan gelas yang berisikan jus.
“eh, itu Karin kan?” tunjukku kea rah Karin. Sontak membuat Klara berhenti melahap dan menoleh kearah yang aku tunjuk.
“iya, itu karin. tuh anak ngapain sendirian di tempat ini?” tanya Klara acuh.
“atau mungkin dia putus sama pacarnya?” ujar Klara menebak-nebak. Ku anggkat bahu ku pertanda aku tidak tau. Ya iyalah! Mana aku tau dia kenapa. Orang aku gak kenal-kenal amat sama tuh orang. Klara kembali focus pada makanannya. 
                Aku berniat untuk menghampirinya. Kali aja dianya lagi ada masalah. Mana tau aku kan bisa meringankan masalahnya.
                Eits.. jangan bilang aku suka sama dia. Pada pandangan pertama lagi. Yang benar saja. Secara tuh anak suka banget ikut-ikutan persoalan orang lain, makanya di sekolah aku paling anti sama dia.
                Tapi, kayaknya beda jika di luar sekolah. Aku malah terpesona melihat penampilan Karin yang super perfect malem itu.
“eh, ntar loe naksir lagi sama tuh anak” ujar Klara mengejutkanku.
“yee.. gak lah” balasku mencibir. Lalu ku alihkan pandanganku pada makanan yang sudah kuabaikan sedari tadi.
                Setelah selesai makan. Aku melangkah menghampiri Karin. Karin sedikit tersentak karena kedatanganku tiba-tiba.
“eh biasa aja kali. Kayak habis liat hantu aja” candaku. Karin menoleh kearahku sejenak lalu tersenyum.
“loe sendirian?” tanyaku sembari duduk di hadapannya. Karin hanya mengangguk.
“loh, emang temen loe mana?” tanyaku mengernyitkan kening. Karin mengangkat bahu.
“hm, kayaknya lagi gak bisa diganggu ya. Yaudah deh sorry ganggu” ujarku lalu beranjak.
“eh, gak ganggu kok. Loe duduk aja. Kalo perlu ajak duduk bareng juga cewek loe” kata Karin menahanku. Aku kembali mengernyitkan kening. Siapa yang dia bilang cewek gue.
Seolah mengerti dengan raut wajah ku. Karin melirik kearah Klara yang duduknya membelakangi kami. Sontak aku tertawa.
“hahaha, kami gak pacaran” cetusku.
“gak pacaran, tapi kok deket banget ya?”
“dia Cuma sahabat gue sejak gue SMP”
            Karin tampak menganggukkan kepala. ku tolehkan pandanganku kearah Klara.
“ra, sini ngumpul bareng” ajakku. Klara langsung beranjak dari kursi lalu mengambil posisi duduk disebelahku.
            Karin menatap Klara. Membuat Klara mengernyit.
“Cuma sahabat. Tapi romantis banget ya” kata Karin tersenyum tipis. ku balas dengan senyuman pula.
“kalian lebih cocok disebut TTM” tambah Karin. Aku tertawa, sedangkan Klara hanya menyengir.
            Sejenak kami terdiam. Suasana tampak canggung. Ku coba untuk memulai pembicaraan.
“loe kenapa duduk sendirian disini?” tanyaku. Karin menggeleng. Raut wajahnya berubah menjadi sendu. Sepertinya gadis itu sedang mengalami sebuah masalah. Sehingga membuatnya untuk mengasingkan diri.
            Merasa Karin tidak akan mau membahas tentang masalah yang dihadapinya. Ku alihkan topik pembicaraan.
“loe jurusan apa sih?”
“gue jurusan TKJ, emang loe belum tau?" balas Karin bertanya. Aneh ya? Udah jelas-jelas gue nanya. Itu artinyakan gue gak tau.
“ya belumlah. Makanya gue nanya” kataku tertawa kecil diikuti dengan senyuman Karin. Ku menoleh kearah Klara yang sedari tadi hanya diam.
“loe kenapa?” tanyaku mengernyit.
“gak apa-apa kok. Loe berdua lanjut aja. Gue mau ke belakang dulu” jawab Klara santai. Aku masih tidak megerti. Kenapa Klara mendadak berubah seperti ini. Biasanya dia pasti yang paling ribut kalo sedang bercanda. Tanpa berfikir panjang kulanjutkan percakapanku dengan Karin.
            kami mengobrol kurang lebih satu jam. Terlintas di pikiranku. Kemana perginya sahabatku, Klara? Aku berpikir sejenak tentang apa yang membuat Klara tidak kembali. Cemas dan bimbang, atau jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya.
“eh loe kenapa?” tanya Karin menyadarkanku.
“tuh sahabat gue, kok gak muncul-muncul juga ya?”
“coba loe hubungin, kali aja dia ada urusan mendadak” 
             Aku menghubungi Klara. Tetapi tidak ada timbal balik darinya. Biasanya sih, kalo dia ada urusan pasti dia ngasih tau.
“gimana?” tanya Karin menatapku lurus. Aku menggeleng.
“kali aja udah pulang” jawabku asal.
             Aku melanjutkan obrolanku dengan Karin. Ternyata Karin orangnya asik.
“ternyata loe orangnya asik juga ya?” tanyaku.
“akh gak juga sih. Ya secara loe nya juga asik” balasnya melontarkan senyuman. Ku balas senyuman itu dengan senyuman pula.
            Ku melirik kearah jam tangan yang melingkar di tangan kiriku.
“gak kerasa ya udah jam 10”
“hah? Udah jam 10? Duh, gue pulang dulu ya? Takutnya bokap gue marah” pamit Karin. Di raihnya tas kecil yang dia taruh di kursi di sebelahnya. Lalu beranjak dari tempatnya.
“oh, iya Rin. Perlu gue anterin?” tanyaku ikutan beranjak dari tempatku.
“hm, oke deh”  Karin mengangguk setelah berfikir sejenak.
            Setelah mengantarkan Karin, aku tidak langsung pulang kerumah. Aku berniat untuk mampir ke rumah Klara. Untuk memastikan dia sudah pulang.
            Saat aku tiba di depan rumah Klara. ku lihat Klara sedang duduk sendiri di bangku taman.
“Hm, Klara kenapa ya” gumamku sambil melangkah kearahnya.
Karin yang mengetahui kedatanganku, hanya bersikap cuek setelah dia melirik kearahku sejenak.
“Eh, loe kenapa sih main cabut gitu aja?” tanyaku sambil duduk di smpingnya.
“ya gue gak mau aja ganggu loe berdua” balasnya tanpa menoleh. Aku menghela nafas lega. Lalu berujar.
“loe kira gue ama Karin ngapain? Ya dekatnya juga baru tadi”
“gue nya di cuekin” balasnya mencibir manja. Aku tertawa-tawa kecil mendengar apa yang dikatakan sahabatku barusan. 

To Be Continue
My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar