Wah.. otak admin lagi beku nih.
Habis tadi di sekolah pelajarannya susah-susah gitu. Jadinya, pacar pun lewat
deh (dicuekin,hehehe). Tapi
untungnya lanjutan dari cerita “My Bestfriend Is My Love” masih admin usahakan
buat ngatur jalur ceritanya supaya nyambung dan gak ngaco.
Nah, cukup segitu pembukaan
kalimatnya. So, mendingan kita langsung simak jalan ceritanya. Happy reading
guys!
My Bestfriend Is My Love ~ Part 2
Bel
tanda sekolah usai berbunyi. Entah kenapa bel kali ini terasa sangat mengganggu
di telingaku. Mungkin karena mood ku sedang buruk kali ya.
Seperti
biasanya, aku pulang bersama Klara dengan sepeda motorku.Tanpa ku sengaja aku melihat surat panggilan orangtua jatuh tepat di antara kedua kakiku. tanpa berikir panjang aku meraih surat itu.
“Surat panggilan lagi, Surat panggilan lagi” Ujar Klara kemudian merebut surat itu dari tanganku. Saat membaca tulisan yang berada di sudut
kanan surat, Klara menggeleng-gelengkan kepala.
“tuh surat…” belum sempat Klara berkomentar, aku langsung
memotongnya.
“gak bakalan nyampe ke ortu gue” cetusku membuang surat itu
ke tong sampah.
“lagian, gak ada gunanya” tambahku. Klara melongo. Mulutnya
yang kecil terbuka. Aku menutup mulutnya dengan dua jari tanganku.
“tutup tuh mulut. Kalo misalnya tai burung jatuh ke mulut
loe gimana” ledekku tersenyum. Klara mencibir. Kemudian, gadis itu naik keatas
motor. Ku lajukan motorku kerumahnya Klara. Memang jarak rumahku dan rumah
Klara tidak terlalu jauh. Hanya berjarak sekitar 300 meter.
“Thanks ya, lan. Oh ya, gak masuk dulu?” tawar Klara saat
kami tiba tepat di depan rumahnya.
“Gak deh, lain kali aja”
“Oh ya ntar malem kosongkan? Gue mau ngajakin loe diner di
tempat biasa” ajakku sambil menatapnya.
“hm, oke deh.
Kayaknya ntar malem kosong, gak ada acara” balas Klara yang tadi sudah
melangkah ke pintu rumah lalu memutar langkahnya kembali. Aku tersenyum tipis
lalu berlalu dari hadapan Klara.
Malam tiba. Cahaya bulan
menembus kedalam kamarku lewat jendela. Setelah selesai berdandan. Ku tancap
gas menuju rumah Klara yang ternyata sudah menungguku di taman rumahnya yang
tidak terlalu luas tetapi menyejukkan mata.
“udah lama
nunggu, ra?” Tanya ku menghampirinya.
“gak kok”
jawabnya singkat dengan senyuman manis dari bibir tipisnya.
“ayo
berangkat!” ajakku berbalik darinya.
Kami pun pergi menuju sebuah
restoran yang biasa kami datangi. Tempatnya yang bagus dihiasidengan
lukisan-lukisan beraliran romantisme nya yang pastinya menambah daya tarik
orang lain untuk mendatangi tempat itu.
Tetapi anehnya, tempat itu sepi
pengunjung. Hanya ada satu atau dua pasangan yang berkunjung kerestoran ini.
“aneh ya,
padahal tempatnya bagus. Tapi kok selalu sepi pengunjung ya?” gumam Klara
melirik kearah lukisan satu persatu.
“ya gak
semua tempat bagus itu menarik di mata orang-orang, ra” balasku dengan nada
seperti guru TK yang mengajari muridnya.
“iya juga
sih” ujar gadis itu mengangguk. Lalu matanya berhenti menatap lukisan itu. Di
tambah pesanan yang sebelumnya sudah di pesan sudah tiba.
Sedang asik menyantap makanan
sekilas terlihat olehku sosok Karin duduk di pojok restoran sedang memainkan
gelas yang berisikan jus.
“eh, itu
Karin kan?” tunjukku kea rah Karin. Sontak membuat Klara berhenti melahap dan
menoleh kearah yang aku tunjuk.
“iya, itu
karin. tuh anak ngapain sendirian di tempat ini?” tanya Klara acuh.
“atau
mungkin dia putus sama pacarnya?” ujar Klara menebak-nebak. Ku anggkat bahu ku
pertanda aku tidak tau. Ya iyalah! Mana aku tau dia kenapa. Orang aku gak
kenal-kenal amat sama tuh orang. Klara kembali focus pada makanannya.
Aku berniat untuk
menghampirinya. Kali aja dianya lagi ada masalah. Mana tau aku kan bisa
meringankan masalahnya.
Eits.. jangan bilang aku suka
sama dia. Pada pandangan pertama lagi. Yang benar saja. Secara tuh anak suka
banget ikut-ikutan persoalan orang lain, makanya di sekolah aku paling anti
sama dia.
Tapi, kayaknya beda jika di luar
sekolah. Aku malah terpesona melihat penampilan Karin yang super perfect malem
itu.
“eh, ntar
loe naksir lagi sama tuh anak” ujar Klara mengejutkanku.
“yee.. gak
lah” balasku mencibir. Lalu ku alihkan pandanganku pada makanan yang sudah
kuabaikan sedari tadi.
Setelah selesai makan. Aku
melangkah menghampiri Karin. Karin sedikit tersentak karena kedatanganku
tiba-tiba.
“eh biasa
aja kali. Kayak habis liat hantu aja” candaku. Karin menoleh kearahku sejenak
lalu tersenyum.
“loe
sendirian?” tanyaku sembari duduk di hadapannya. Karin hanya mengangguk.
“loh, emang
temen loe mana?” tanyaku mengernyitkan kening. Karin mengangkat bahu.
“hm,
kayaknya lagi gak bisa diganggu ya. Yaudah deh sorry ganggu” ujarku lalu
beranjak.
“eh, gak
ganggu kok. Loe duduk aja. Kalo perlu ajak duduk bareng juga cewek loe” kata
Karin menahanku. Aku kembali mengernyitkan kening. Siapa yang dia bilang cewek
gue.
Seolah mengerti dengan raut wajah ku. Karin melirik
kearah Klara yang duduknya membelakangi kami. Sontak aku tertawa.
“hahaha,
kami gak pacaran” cetusku.
“gak
pacaran, tapi kok deket banget ya?”
“dia Cuma
sahabat gue sejak gue SMP”
Karin tampak menganggukkan
kepala. ku tolehkan pandanganku kearah Klara.
“ra, sini
ngumpul bareng” ajakku. Klara langsung beranjak dari kursi lalu mengambil
posisi duduk disebelahku.
Karin menatap Klara. Membuat
Klara mengernyit.
“Cuma
sahabat. Tapi romantis banget ya” kata Karin tersenyum tipis. ku balas dengan
senyuman pula.
“kalian
lebih cocok disebut TTM” tambah Karin. Aku tertawa, sedangkan Klara hanya
menyengir.
Sejenak kami terdiam. Suasana
tampak canggung. Ku coba untuk memulai pembicaraan.
“loe kenapa
duduk sendirian disini?” tanyaku. Karin menggeleng. Raut wajahnya berubah
menjadi sendu. Sepertinya gadis itu sedang mengalami sebuah masalah. Sehingga
membuatnya untuk mengasingkan diri.
Merasa Karin tidak akan mau
membahas tentang masalah yang dihadapinya. Ku alihkan topik pembicaraan.
“loe
jurusan apa sih?”
“gue
jurusan TKJ, emang loe belum tau?" balas Karin bertanya. Aneh ya? Udah
jelas-jelas gue nanya. Itu artinyakan gue gak tau.
“ya
belumlah. Makanya gue nanya” kataku tertawa kecil diikuti dengan senyuman
Karin. Ku menoleh kearah Klara yang sedari tadi hanya diam.
“loe
kenapa?” tanyaku mengernyit.
“gak
apa-apa kok. Loe berdua lanjut aja. Gue mau ke belakang dulu” jawab Klara
santai. Aku masih tidak megerti. Kenapa Klara mendadak berubah seperti ini. Biasanya
dia pasti yang paling ribut kalo sedang bercanda. Tanpa berfikir panjang
kulanjutkan percakapanku dengan Karin.
kami mengobrol kurang lebih satu
jam. Terlintas di pikiranku. Kemana perginya sahabatku, Klara? Aku berpikir
sejenak tentang apa yang membuat Klara tidak kembali. Cemas dan bimbang, atau
jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya.
“eh loe
kenapa?” tanya Karin menyadarkanku.
“tuh
sahabat gue, kok gak muncul-muncul juga ya?”
“coba loe
hubungin, kali aja dia ada urusan mendadak”
Aku menghubungi Klara. Tetapi tidak ada timbal balik darinya. Biasanya sih, kalo dia ada urusan pasti dia ngasih tau.
Aku menghubungi Klara. Tetapi tidak ada timbal balik darinya. Biasanya sih, kalo dia ada urusan pasti dia ngasih tau.
“gimana?”
tanya Karin menatapku lurus. Aku menggeleng.
“kali aja
udah pulang” jawabku asal.
Aku melanjutkan obrolanku dengan
Karin. Ternyata Karin orangnya asik.
“ternyata
loe orangnya asik juga ya?” tanyaku.
“akh gak
juga sih. Ya secara loe nya juga asik” balasnya melontarkan senyuman. Ku balas
senyuman itu dengan senyuman pula.
Ku melirik kearah jam tangan
yang melingkar di tangan kiriku.
“gak kerasa
ya udah jam 10”
“hah? Udah
jam 10? Duh, gue pulang dulu ya? Takutnya bokap gue marah” pamit Karin. Di
raihnya tas kecil yang dia taruh di kursi di sebelahnya. Lalu beranjak dari
tempatnya.
“oh, iya
Rin. Perlu gue anterin?” tanyaku ikutan beranjak dari tempatku.
“hm, oke
deh” Karin mengangguk setelah berfikir
sejenak.
Setelah mengantarkan Karin, aku
tidak langsung pulang kerumah. Aku berniat untuk mampir ke rumah Klara. Untuk
memastikan dia sudah pulang.
Saat aku tiba di depan rumah
Klara. ku lihat Klara sedang duduk sendiri di bangku taman.
“Hm, Klara
kenapa ya” gumamku sambil melangkah kearahnya.
Karin yang mengetahui kedatanganku, hanya
bersikap cuek setelah dia melirik kearahku sejenak.
“Eh, loe
kenapa sih main cabut gitu aja?” tanyaku sambil duduk di smpingnya.
“ya gue gak
mau aja ganggu loe berdua” balasnya tanpa menoleh. Aku menghela nafas lega.
Lalu berujar.
“loe kira
gue ama Karin ngapain? Ya dekatnya juga baru tadi”
“gue nya di
cuekin” balasnya mencibir manja. Aku tertawa-tawa kecil mendengar apa yang
dikatakan sahabatku barusan.
To Be Continue
My Bestfriend Is My Love ~ Part 3
To Be Continue
My Bestfriend Is My Love ~ Part 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar