Selain peralatan
tempur canggih, para personil militer di Indonesia juga memiliki
beladiri yang mematikan. Beladiri militer umumnya memiliki standar
khusus yang diperlukan untuk situasi – situasi sulit. Beda kesatuan beda
pula beladiri yang digunakan. Namun secara garis besar, inilah beladiri
andalan dari pasukan Militer Republik Indonesia.
1. Yong Moo Do
Sejarah
Yongmoodo dimulai pada tanggal 15 Oktober 1995 dimana The Martial
Reearch Institut dari Yong In University Korea membentuk seni beladiri
Yongmoodo yang merupakan gabungan dari beladiri Judo, Taekwondo, Apkido,
Ssirum, dan Hon Sin Sul. Akar dari Yongmoodo adalah beladiri Hon Sin
Sul yang berarti Beladiri.
Istilah Yongmoodo berasal dari kata
Hankido yang dikembangkan di Korea pada tahun 1976. Kemudian namanya
berganti menjadi Kukmodo dan berubah menjadi Yongmoodo. Yongmoodo
berasal dari 3 suku kata yaitu :
1. YONG berarti naga. Naga di
agungkan oleh banyak orang yang dipercaya memiliki kemampuan mistik.
Naga juga diyakini mampu terbang mengeluarkan api dari mulutnya, hidup
dibawah air atau dibawah tanah, menguasai alam yang dapat menyebabkan
terjadinya Tsunami, gempa bumi dan membawa kemakmuran serta
keberuntungan bagi yang mempercayainya.
2. MU atau MOO berarti
Beladiri yang menunjuk pada pertempuran yang mengacu pada prtempuran dan
perkelahian, pertahanan dan strategis, fisik, mental, serta fisikologi.
3.
DO berarti cara berlatih dan cara hidup, pandangan hidup yang kosong
dan berisi Philosopi serta kemampuan belajar dari alam, hidup dan
perkelahian ,melawan alam.
2. Kung Fu
Kung Fu adalah beladiri asal negeri Tirai Bambu yang pada awalnya
hanya dipelajari oleh biksu dari kuil Shaolin. Namun sekarang beladiri
ini telah menyebar luas dan dipelajari oleh TNI. Makna dari Kung Fu
sangatlah luas, kurang lebih artinya adalah sesuatu yang diperoleh dalam
waktu yang lama dan dengan ketekunan yang tingi.
Pasukan elit
dari TNI pernah dilatih kungfu oleh seorang keturunan Tionghoa yang
bernama Efendi. Efendi dikenal sebagai seorang pendekar kungfu yang
pernah berlatih di berbagai tempat. Keahliannya dalam kungfu diminati
oleh TNI, yang pada akhirnya memintanya untuk melatih pasukan Kopassus.
Kepiawaian
anak didik Efendi terlihat pada saat ada kunjungan istimewa dari
panglima tentara Jerman. Banyak seni beladiri andalan TNI yang
ditampilkan, salah satunya adalah silat Merpati Putih. Namun penampilan
dari Kungfu lah yang berhasil membuat panglima Jerman kagum. Karena itu,
setelah penampilannya di depan panglima Jerman tersebut, semangat
Efendi makin terpacu untuk melatih pasukan Kopassus dengan lebih intens.
3. Merpati Putih
Merpati Putih atau disingkat MP merupakan salah satu dari perguruan
silat yang ada di Indonesia. Silat ini mengajarkan pertempuran tangan
kosong dan juga merupakan salah satu beladiri bagian dari budaya bangsa
Indonesia. Sejarah Merpati Putih sendiri bermulai sekitar tahun 1550-an,
ilmu beladiri ini adalah salah satu dari anggota Ikatan Pencak Silat
Seluruh Indonesia (IPSI) dan juga Martial Arts Federation For World
Peace (MAFWP).
Merpati putih dipastikan adalah seni beladiri asli
warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Beladiri ini tadinya hanya
diajarkan pada keluarga keraton yang diwariskan secara turun temurun
kepada generasi berikutnya. Namun sekarang atas wasiat dari sang guru,
ilmu beladiri Merpati Putih dapat disebar luaskan agar dapat berguna
bagi negara.
Beladiri ini mengajarkan tenaga dalam yang berasal
dari dalam tubuh sendiri. Dengan menggunakan teknik olah napas, para
pengguna beladiri ini dapat mengeluarkan kemampuan fisik diatas manusia
normal.
Pada dasarnya, semua manusia memiliki tenaga dalam di
dalam tubuhnya yang dapat diaktifkan pada kondisi terdesak, seperti
dikejar anjing, latihan Merpati Putih mampu membuat penggunanya dapat
menggunakan tenaga dalam tanpa harus mengalami kondisi terdesak terlebih
dulu.
Walaupun beladiri ini tidak dijadikan sebagai beladiri
utama dalam tubuh pasukan militer Indonesia. Namun, peminatnya tetaplah
banyak, terbukti dari beberapa pasukan elit atau khusus yang menggunakan
Merpati Putih. Beberapa pasukan khusus yang menggunakannya antara lain
adalah: pasukan elit Marinir, pasuka elit Kopaska (TNI AL), Paskhas
(TNI-AU) dan juga Brimob (kepolisian).
4. Karate
Beladiri asal negeri Sakura ini merupakan beladiri yang cukup populer
di Indonesia. Anda bisa menemukan beladiri ini di hampir setiap sekolah
yang ada di Indonesia. Beladiri ini mendapatkan pengaruh dari beladiri
asal Cina yang bernama Kempo. Karate pada awalnya disebut dengan nama
“Tote” atau “Tangan Cina”. Kemudian karena masyarakat Jepang pada saat
itu memiliki rasa nasionalis yang tinggi, nama Tote lalu diubah menjadi
‘Karate'(tangan kosong) agar mudah diterima oleh masyarakat Jepang.
Karate
digunakan oleh TNI karena memiliki falsafah hidup yang cocok dengan
nilai-nilai pada kesatuan TNI. Falsafah karate diantaranya adalah
kejujuran (Gi), keberanian (Yuu), sopan santun (Rei), berjiwa positif
(Seishin) dan memiliki semangat tinggi (Seiki). Selain itu, dengan
berlatih karate dapat meningkatkan kemampuan fisik dan mental yang
berguna untuk membela negara.
Untuk berlatih karate dengan
maksimal, Kopassus mendatangkan pelatih langsung dari Jepang. Dipilih
orang yang benar-benar ahli dalam Karate dari Jepang untuk melatih
Kopassus. Sebagai satuan elit, tentunya Kopassus sudah memiliki basic
ilmu beladiri, salah satunya adalah Silat.
5. Tarung Derajat
Olahraga Tarung Derajat diciptakan oleh seorang putra bangsa Indonesia
yaitu Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.), yang akrab disapa dengan
nama populernya “AA-BOXER”. Olahraga ini dilahirkannya sebagai suatu
seni ilmu beladiri dengan memiliki aliran dan wadah tersendiri tanpa
berapliasi dengan aliran lain dan organisasi beladiri lainnya yang ada
di bumi Indonesia,
serta tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain seperti
pencak silat, karate, taekwondo, kempo, judo, gulat dan tinju. Namun,
keberadaan Tarung Derajat tidak juga muncul dengan sendirinya, akan
tetapi memiliki latar belakang suatu riwayat perjalanan hidup Sang Guru
dan diridhoi oleh keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Beladiri ini, lahir atau muncul dari pengalaman hidup yang pernah
dilakoni oleh Sang Guru dimana sekitar tahun 1968 hingga tahun 1970-an,
anak muda ini waktu itu sering terlibat aksi kekerasan pisik,
penganiayaan, perkelahian, pemerasan, dan penghinaan (AD/ART Kodrat:
1994). Keadaan itu, tentu bukan dia yang memulainya, tapi timbul dalam
keterpaksaan “kalau ada orang yang menjahati saya, masak saya diam saja?
katanya dalam (Matra, Mai: 1997). Dari berbagai perkelahian dengan
pereman di pusat kota Bandung-Jawa Barat, Sang Guru selalu menang, pada
hal dilihat dari postur tubuhnya yang berbobot sedang tidak meyakinkan
untuk mengatasi lawan. Melihat kehebatan Sang Guru waktu itu, rupanya
banyak dari gorombolan pereman yang tidak suka dengannya, maka kelompok
peremanisme membuat suatu siasat untuk menghabisi Sang Guru. Mengingat
jumlah preman cukup banyak, maka dia segera menghindar dari gorombolan
itu. Tapi mereka terlanjur dikuasai emosi segera mengejar Sang Guru
seraya meneriakkan maling. Mendengar teriakan itu, orang-orang yang
tengah berada di pasar malam ketika itu, ikut memburunya sampai ia
terkepung dan ramai-ramai memukulinya sampai ia terkulai lemas dan
kondisi tubuhnya sangat menyedihkan.
Semenjak peristiwa pahit itu, Sang Guru mulai merenung untuk
menyisiasati diri, mengasah kemampuan mempelajari berbagai jenis
beladiri antara lain pencak silat dan karate. Tapi ia tetap tidak puas,
alasannya semua itu belum bisa membalas sakit hatinya. Pertanyaan selalu
muncul dalam benaknya “Jenis beladiri apakah yang bisa mengangkat
kehormatan saya supaya tidak dihina dan disakiti orang?” Kemudian timbul
pikiran dalam dirinya untuk menciptakan teknik beladiri dari berbagai
beladiri yang pernah dipelajarinya yaitu memadukan lima
unsur fungsi gerakan beladiri, seperti: memukul, menendang, menangkis,
membanting dan mengelak. Setiap hari kelima fungsi ini diputuskannya
dipelajari, diasosiasi dan dipraktekkan sendiri dalam kehidupannya,
minimal empat jam sehari dia berlatih dan menemukan teknik-teknik
praktis dan efektif, serta merangkai gerakan seni beladiri yang
akrobatis dan indah ditonton oleh masyarakat.
Setelah merasa matang dengan ilmu baru yang dia kemas (konsep) sendiri
dan dipraktekkannya kepada orang-orang yang mencoba memeras atau membuat
masalah selalu dilayaninya. Para berandal
dianggap Sang Guru paling tepat untuk menguji teknik beladirinya itu.
Ketika itu “terpukul oleh lawan, kok tidak terasa sakit?” tanyanya
kepada diri sendiri. “Kesaktian” itu rupanya cukup membawa manfaat.
Setiap kali ada orang yang dianiaya atau disakiti oleh berandalan
(preman), maka Sang Guru bisa berbuat sesuatu menegakkan kebenaran. Dari
sinilah namanya mulai dikenal sebagai pembela orang-orang yang disakiti
secara pisik dengan sebutan AA-BOXER yang memiliki kemampuan beladiri
yang luar biasa, yakni bertenaga: kuat, cepat, tepat, berani dan ulet,
sehingga dia sering menyebutnya keberhasilan pergerakanTarung Derajat
sebagai dasar filosofis gerak tubuh ditentukan oleh lima khas kunci kemampuan.
Latihan fisik Tarung Derajat sangatlah keras, mulai dari menahan pukulan sampai dengan memecahkan batako dengan kepala.
Sekarang
beladiri ini banyak digunakan oleh kalangan militer maupun polisi.
Tarung derajat juga sudah menjadi beladiri resmi POLRI.
Bagaimana guys?! Apa beladiri pilihan kalian?