Blue Fire Pointer

Minggu, 29 Januari 2017

My Bestfriend Is My Love Part ~ 7

 Huih! (ngelap jidat) ternyata benar-benar daannn sudah sampai part End nya. Oke silahkan di baca part End nya. Happy Reading!
My Bestfriend Is My Love Part ~ 7
Bel tanda upacara bendera berbunyi. Seluruh siswa segera berbaris di lapangan upacara. Aku yang menjabat sebagai ketua kelas segera menyiapkan barisan. Terasa berbeda saat menyapkan barisan. Karena saat ini Klara tidak ada dalam barisan.biasanya gadis itu pasti sudah hadir dan menempati barisan paling depan. Uapacara bendera berlangsung sebagaimana biasanya.
Upacara usai, aku bergegas pergi kekantin untuk membeli air mineral dan beberapa cemilan. Stelah itu, kelas menjadi tujuan utamaku saat ini. “Klara mana ya?” gumamku melirik kearah bangku yang terletak di sampingku.
cewek Loe kemana?” tanya Andika yang melihatku sibuk memperhatikan bangku Klara. Aku langsung angkat bahu. Karena memang aku juga tidak tau dimana Klara saat ini.
Ku dorong mejaku kedepan, lalu pergi meninggalkan kelas tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar ku. Yang aku ingin tau adalah Klara. Di mana dia berada saat ini?
Ku telusuri tempat-tempat di sekolahku. Seperti di kantin, perpustakaan, ruang UKS, taman dan banyak lagi tempat di sekolah. Tetapi tetap saja aku tidak melihat Klara. Ku ayunkan langkah menuju parkiran. Rumah Klara menjadi tujuan utamaku saat ini.
Saat tiba di depan rumah Klara. Aku melihat Klara sedang duduk di sebuah ayunan sambil melamun. Ku hela nafas lega. Lalu ku hampiri gadis itu.
Hm.. jadi ini kerjaan loe. Loe bolos yak?”
Nggak kok, gue lagi nggak enak badan saja”
Ku raba kening Klara lalu mencubit pipi gadis itu. “Loe bohonng ya sama gue?” Klara lantas tidak menjawab. Tatapannya berpaling dariku.
kalau loe sakit, seharusnya loe nggak main keluar”
Biarin!” cetus Klara.
Loe kenapa? Hm.. omongan gue benar kan?”
urus diri loe sendiri. Jangan mikirin gue”
heh!? Loe kenapa sih ra? Kok jadi jutek gini sih? Salah gue apa?” tanyaku tidak mengerti. Sikap Klara saat ini benar-benar aneh.
buat apa loe nyariin gue?”
gue mau minta maaf sama loe”
Maaf? Buat apa?”
Untuk yang di kantin waktu itu, gue minta maaf”
gue maafin” balasnya sambil membelakangiku.
Hm.. Thanks. Oh ya, gue balik dulu kesekolah. Gue sengaja cabut karena tadi gue nyariin loe”
aku membalikkan badanku. Saat aku mulai melangkah. Klara memanggilku.
Kelana” aku langsung menoleh. Ku lihat sungai-sungai kecil mulai terbentuk di pipi gadis itu. “Dasar bodoh! Kenapa sih loe nggak peka-peka juga?” aku membalikkan badanku lalu melangkah perlahan kearah gadis itu. “Loe tau nggak? Selama ini gue memendam perasaan. Perasaan yang semestinya tidak di tahan-tahan. Tapi loe tetap aja nggak ngerti sama perasaan gue” sambung Klara.
gue suka sama loe, Kelana Bodoh!” teriak Klara sekencang-kencang nya. Matanya menatap lurus kearahku. Amarah terbendung di balik tatapan gadis itu.
gue sadar. Sadar kalau gue Cuma sebatas sahabat bagi loe. Nggak lebih. Tapi..” ucapan Klara terhenti ketika bibirku mengunci mulutnya. Wajah gadis itu terlihat kaget. Sedikit tersentak. Namun, aku masih saja terus mengunci mulutnya. Hingga beberapa detik kemudian, aku melepaskan ciumanku. Ku ulurkan tanganku merengkuh tubuh Klara kedalam pelukanku. Sementara Klara berbisik. “Nggak. Sebenarnya gue yang salah. Gue yang nggak berani jujur dengan perasaan gue. Gue sebenarnya yang bodoh”
Ku lepas dekapanku. Ku tatap gadis itu dengan tatapan penuh perasaan. Tanganku tergerak menyelipkan rambut yang menutupi wajah Klara ke telinganya. “Gue suka sama loe semenjak kejadian di kantin itu ra. Sorry banget, gue nggak bisa jujur sama loe waktu itu” Klara mencibir, kemudian senyuman manis terukir diwajah cantiknya.
Ending!!!

Sampai jumpa di cerita berikutnya ya guys. 

My Bestfriend Is My Love Part ~ 6

 Sudah lama nggak ngeposting ya. Belakangan ini, admin sibuk banget sama urusan sekolah. Belum lagi fisik admin yang menurun. (Curhat nih yee). Haha, tapi bener loh. Nggak ada waktu banget buat ngetik. Ini saja ngetik nya tiga kali.
Yaudah deh, kebanyakan curhat. Ntar di bilang ngenes lagi yak? Hehehehe. Oke langsung saja di simak lanjutan ceritanya.
My Bestfriend Is My Love Part ~ 6
Bel tanda sekolah usai berbunyi. Seluruh siswa secara spontan langsung mengemasi barang-barangnya dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga denganku dan juga Klara. Setelah selesai berkemas, aku dan Klara begegas menuju parkiran.
Hai” sapa sesosok gadis menghampiri kami yang tidak lain adalah Karin. Refleks aku dan Klara menoleh.
Eh, Hai” sahut Klara dengan senyuman. Sementara aku hanya tersenyum tipis.
Hari minggu besok kalian ada acara nggak?”
Kami mau pergi ke rumah nyokab nya Klara” jawabku seadanya.
Oh ya? Gue boleh ikutan dong? Lagian gue bingung mau kemana” tanya Karin. Aku dan Klara saling bertatapan, walau tampak canggung. Ku isyaratkan kepada Klara, apakah dia setuju kalau Karin ikut.
Boleh deh” balas Klara datar.
Seperti yang telah di rencanakan, hari minggu pagi aku sudah datang di rumah Klara. Saat aku tiba di rumahnya, Klara langsung menghampiriku. Senyuman manis menyambutku. Dadaku mendadak mendesis melihat penampilan Klara yang berbeda dari yang biasanya. Gaun biru membaluti tubuhnya.
Ehm, kenapa? Gue aneh ya?” klara meremas-remas jemarinya. Kalimat tanya yang di lontarkan gadis itu tidak urung membuatku tersadar.
Nggak kok, sama sekali nggak” balasku cepat seraya menggeleng.
Loe kelihatan berbeda dan lebih dewasa aja” sambungku yang langsung mendapatkan cibiran dari Klara.
Kami bergegas menjemput Karin di rumahnya. Lalu kami memulai perjalanan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami pun tiba di sebuah rumah besar dan mewah. Yang tidak lain adalah rumah ibundanya Klara. Setelah memencet bel, pagar segera terbuka dan muncullah seorang lelaki yang tidak lain adalah satpam.
Eh non Klara. Ayo masuk non” satpam itu mempersilahkan.
Kami berjalan menuju ruang tamu. Tampak seorang wanita paruh baya menghampiri kami. Namanya Bi Asih.
Non Klara, Nyonya ada di atas”
Klara segera berlari menaiki tangga yang menghubung ke lantai atas. Sedangkan aku dan Karin duduk di sebuah sofa di ruangan tamu.
Non Karin mau minum apa? Dan nak..”
Kelana”
Oh, nak Kelana mau minum apa?”
Hm.. apa aja deh bi” balasku ramah.
Kalau Karin susu aja deh bi”
Bi Inah mengangguk paham. Sedangkan aku hanya mengernyitkan dahi. Sepertinya Karin sudah tidak asing lagi dengan orang-orang di rumah ini. Tetapi aku masih mengurungkan niat untuk bertanya.
Suasana menjadi hening. Tidak ada yang memulai percakapan diantara aku dan Karin. Suasana berubah ketika Bi Inah datang sambil membawa tampan yang berisikan minuman. Kami mengobrol panjang dengan Bi Inah.
Setelah kurang lebih setengah jam mengobrol, Bi Inah memohon pamit untuk pergi kedapur.
Eh, ada nak kelana” Kata tante Susi tersenyum kearahku. Lalu beralih kearah Karin. kemudian menyapanya. Kembali aku mengernyitkan dahi. Heran, Pasti! Ku beranikan untuk bertanya.
Hm, Tante kenal sama Karin?”
Ya kenal dong, Karin kan keponakannya tante”
Hah!?” aku terkejut. Memadang kearah Tante Susi dan Karin secara bergantian. Mereka hanya tersenyum manis.
Tante Susi dulunya adalah seorang model. Mendengar dari yang di ceritakan Klara, tante Susi sangat sibuk dengan karirnya sehingga kurang memperhatikan keluarganya. Dan harus bercerai dengan Om Haris ayahnya Klara karena selalu berbeda pendapat.
Tetapi tante Susi sangat menyayangi Klara. Bagi tante Susi, perceraian tidak akan mengubah kasih sayangnya terhadap anaknya.
Tidak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami mohon pamit kepada tante Susi. Kecupan mendarat di pipi Klara dan langsung ia balas dengan pelukan erat.
Setelah berpamitan, kami tidak langsung pulang kerumah. Melainkan kami mampir terlebih dulu di pantai sambil menyaksikan matahari sore. Memandang sang surya yang akan tenggelam. Ditambah cahaya keemasan yang di pantulkan air laut dan juga angin yang bertiup nakal memainkan rambut Klara yang kini sedang memejamkan mata sembari menghirup udara dalam-dalam. Kupandangi wajah gadis itu. Lagi-lagi aku merasakan hal yang aneh pada diriku. “Jangan-jangan, gue suka lagi sama Klara. Huh, nggak mungkin” gumamku.
Hai, ini gue bawain seafood” karin menyadarkanku. Beberapa tusuk seafood telah berada di atas sebuah piring yang di bawanya.
Loh, kok pada bengong sih? Buruan di makan. Ini enak loh” celoteh Karin. Aku dan Klara segera menghampiri seafood itu lalu menyantapnya.
Kalian pacaran kan?” aku langsung tersedak mendengar petanyaan Karin barusan.
Nggak kok” jawabku cepat.
Pas di sekolah loe nyatain ke orang-orang kalau kalian pacaran”
Tapi itu Cuma..” aku terdiam, bingung akan mengatakan apa.
Kenapa diam?”
Loe apa-apaan sih rin” ujar Klara mengernyitkan kening. Sementara Karin hanya angkat bahu.
Obrolan kami terhenti sejenak. Setelah menghabiskan setusuk seafood, gadis itu mempertegas kembali pertanyaan yang di uacapkannya tadi.
Kelana, Gue mau nanya sama loe. Dan loe harus jawab gue sesuai dengan kata hati loe. Loe suka kan sama Klara?”
Ng.. Nggak kok. Gue hanya nganggap dia teman gue”
Klara segera berdiri lalu meninggalkan aku dan Karin. Aku tidak langsung mengejarnya. Sulitku mencerna tatapan Klara sesudahku mengatakan kalau aku tidak menyukainya.
Matahari sudah tenggelam, hanya sedikit sisa-sisa cahayanya yang masih terlihat. Namun, Klara masih belum menampakkan btang hidungnya.
Duh, Klara kemana ya?”
Hm.. tuh dia” tunjuk Karin gembira. Sementara yang di tunjuk sedari tadi hanya menunjukkan ekspresi datar.
Kami bertiga melanjutkan perjalanan pulang karena besok kami harus akan melaksanakan ujian mid semester.


My Bestfriend Is My Love Part ~ 5

Yak masih bersama admin cakep. Hehehe! (kepedean nih si admin). My Bestfriend is My Love nya sudah nyampai part 5 nih. End nya bentar lagi kok. Setelah admin pilah-pilah sih End nya di part 7. Yaudah deh sekedar informasi doang. Langsung saja simak cerita nya. Happy Reading Guys! My Bestfriend Is My Love Part ~ 5 “ah, kenapa ini?” gumamku dalam hati. Seperti ada yang berbeda di hatiku. Setelah sekian lama aku mengenal Klara tidak pernah aku merasakan jantung ku berdebar-debar dikala aku mendekap gadis itu. “ah terasa damai” gumamku mendesah dalam hati. Sorak-sorai seisi kantin menyadarkanku. Bersamaan dengan itu, ku lepaskan dekapanku. Klara hanya terdiam tanpa ada reaksi apapun. Tampak gadis itu sedang malu-malu. Terlihat dari kebiasaan gadis itu yang menggereak-gerakkan kakinya dan meremas-remas jemarinya. “ayo ra kita pergi” ajakku. Tanpa menunggu persetujuannya aku meraih tangannya. Membimbing nya untuk keluar dari kantin. Untuk keluar dari rasa malu yang tengah di hadapinya. Setelah tiba di depan kelas, klara menahan langkah kakinya. Membuatku ikut menghentikan langkahku. “gue mau ketoilet dulu” ujarnya singkat. Tetapi belum beranjak dari tempatnya. Lalu matanya melirik kearah tanganku yang masih memegang tangannya. “oh ya udah deh ra” balasku menarik kembali tanganku. Klara berlari meninggalkaku. Hingga ia lenyap dari kejauhan. Ku langkahkan kaki ku memasuki ruangan kelas. Lalu ku daratkan tubuh ku di tempat dudukku. “ah apa yang gue lakuin barusan?” gumamku mendesah. Merutuki diriku yang tidak bisa mengendalikan emosiku. Sehingga aku mengambil tindakan yang mungkin sama sekali tidak di senangi oleh Klara. Beberapa menit kemudian, bel tanda pelajaran akan di mulai berbunyi. Semua eman-temanku pada sibuk mengeluarkan buku untuk pelajaran terakhir hari ini. Ku lirik kearah bangku di sampingku yang masih kosong. Bu Ame sudah berada di depan kelas, tetapi Klara belum kelihatan juga. “Loh, Klara nggak masuk hari ini?” Tanya Bu Ame setelah mengabsen. “tadi sih masuk bu. Tapi nggak tau sekarang ini kemana” jawab Laila. Sedangkan yang lain mengangguk membenarkan. “oh ya jadi dia kemana?” Tanya bu Ame lagi sambil mengerutkan keningnya. Ketukan di daun pinu mengintrupsi. Seisi kelas menatap kearah Klara yang di papah oleh seseorang yang tidak asing lagi disekolah itu. Karin Eka Fitri. “Maaf bu, Saya telat” kata Klara menunduk. Sebelah tangannya masih melingkar di lehernya Karin. “Loh, Klara. Kaki kamu kenapa?” Tanya bu Ame kaget ketika melihat kaki Klara di perban. “Jatuh dari tangga bu” kali ini Karin yang bebicara. “Yasudah! Sekarang kamu duduk di bangkumu” Tanpa di perintah, Karin memapah Klara ke arah tempat duduk Klara. “sini, biar gue aja” belum sempat klara tiba di bangkunya, aku sudah terlebih dahulu menggantikan posisi Karin “Rin, thanks ya udah bantuin sahabat gue?” kataku pada Karin yang langsung di balas dengan anggukan oleh Karin. Setelah itu ia pamit kepada Bu Ame. “loe nggak apa-apa Ra? Tanyaku khawatir setelah ku pastikan Klara sudah duduk dengan benar di sampingku. “loe nggak liat apa kaki gue di perban? Sakit tau! Balas Klara berbisik karena tidak ingin nantinya menarik perhatian orang-orang. Jawaban itu justru memancingku untuk tertawa. Terlebih dengan sikap Klara yang selalu blak-blakkan seperti biasanya. Au kembali konsentrasi dengan ibu Ame yang masih berkoar-koar di depan kelas yang sedari tadi ku abaikan. Begitu bela pulang berbunyi,aku segera mengantarkan Klara kerumahnya. Biasanya, waktu senja kami habiskan untuk jalan-jalan. Tapi untuk saat ini, tidak. Setelah hampir setengah jam di perjalanan, akhirnya kami tiba di depan rumah Klara. Tidak perlu menunggu lama pintu yang sebelumnya di ketuk telah terbuka. Tampak bi Inah, pembantu di rumah Klara terkejut melihat kemunculan Klara. Tapi Klara terlebih dahulu mengisyaratkan untuk diam. Klara tinggal bersama ayahnya, setelah orangtuanya broken home. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sekarang sedang bekerja di luar kota. Aku segera memapah Klara memasuki kamarnya dan membaringkannya di ranjang. “huffft, akhirnya sampai juga” kata Klara lega. Lalu tangannya segera menyambar remote AC yang berada di samping ranjangnya. Sedangkan aku duduk di kursi kecil yang berada tidak jauh dari Klara. “Loe haus lan? Loe mau minum apa?” “oh nggak usah deh ra, gue langsung pulang aja. Lagian ntar gue ada les bahasa jepang” tolakku sambil tersenyum. Klara mengangguk. “Sorry ya gue udah ngerepotin loe” “Nggak apa-apa. Gue cabut dulu ya. Loe istirahat ya” pamitku berlalu pergi. Keesokan harinya, aku sengaja bangun tidur lebih awal. Aku berniat menjenguk Klara. Stelah bersiap-siap aku langsung mengemudikan motorku menuju supermarket untuk membeli beberapa buah-buahan segar. Setelah itu, aku langsung menghampiri Klara di rumahnya. Ketika aku tiba di depan rumah nya, ku lhat Klara sudah mengenakan seragam sekolah lengkap sedang duduk di sebuah kursi di taman rumahnya. “gimana keadaan kaki loe?” kataku sambil melihat kaki Klara yang sudah tidak di perban lagi. Lalu duduk disampingnya. “It`s OK. Tapi masih sedikit sakit untuk berjalan” balasnya sambil menggerak-gerakkan kakinya. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “By The Way gue belum tau kenapa loe bisa jatuh dari tangga” “gue ngelamun” “emang ngelamunin apaan? Nyokap loe” tebakku. Klara menghela nafas lalu menganggukkan kepala. “yasudahlah! Hari minggu besok kita kerumah nyokab loe” kataku tersenyum. “dan sekarang loe nggak usah sedih.loe harus semangat hari ini” sambungku. “udah jam setengah 7 nih, ayo berangkat!” ajakku kemudian memegangi tangannya. “sini gue bantu”tawarku pada Klara setelah memarkirkan motorku dengan benar. Klara tampak berjalan agak sedikit pincang. “nggak usah. Gue bisa sendiri kok, lan” tolak Klara tanpa menghentikan langkahnya. Aku sengaja melambatkan langkahku untuk mengimbangi Klara yang di tolak untuk di papah. Karena kelas kami berada di lantai tiga. Maka kami harus menaiki beberapa anak tangga. Ku lihat Klara masih terus berjalan menaiki anak tangga. beberapa saat kemudian, bel tanda pelajaran akan di mulai berbunyi. Karena Klara menolak untuk di papah, maka aku mengambil inisiatif sendiri. “Loe apa-apaan sih, Lan?” kata Klara mencoba untuk memberontak tetapi Klara sudah terlanjur aku rangkul. “Malu Lan di liatin orang” sambungnya. Tetapi aku tetap saja tidak peduli Ku rangkul tubuh nya sampai ke kelas. Sontak aku dan Klara menjadi tontonan hingga kami tiba di kelas. Wajah malu kembali terukir di wajah manis sahabatku itu. Sementara aku, hanya membalas dengan senyuman. Oke cut dulu. Sampai jumpa di part selanjutnya.
Next Part My Bestfriend Is My Love Part ~ 6

Rabu, 02 November 2016

Arti Lambang Bela Diri Tarung Derajat

Arti Lambang Tarung Derajat
1. Kepalan tangan warna kuning arah ke depan
         Kepalan tangan adalah lambang gerakan-gerakan bela diri. Dua buah lingkaran bermakna bahwa gerakan-gerakan Tarung Derajat didasarkan pada kemampuan otok dan otak. Tangan memukul ke depan melambangkan bahwa tarung derajat senantiasa menuju ke masa depan yang lebih baik. Warna kuning adalah simbol angin.
2.Sepasang kilat warna merah
         Gambar ini melambangkan suatu cita-cita yang luhur serta tekad yang membara didukung oleh semangat yang tinggi. Warna merah adalah simbol api.
3.Lingkaran tebal 3/4 warna hitam dengan lima kotak putih
         Simbol ini melambangkan wadah/ tempat untuk pembinaan diri. Warna hitam adalah simbol tanah. Penggodokan/pembinaan yang dilakukan berdasarkan atas lima unsur daya gerak yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan. Lima unsur tersebut disimpulkan oleh lima kotak putih. Sedangkan warna putih adalah lambang air.


         Lambang bagi anggota petarung adalah gerakan dua orang sedang bertarung dengan semangat tinggi (diambil dari siluet gerakan Kang Badai dan Kang Rimba). Para petarung memiliki sebutan ksatria pejuang dan pejuang ksatria.
         Inti dari pelatihan Tarung Derajat, seperti digariskan Sang Guru, adalah untuk meningkatkan DERAJAT kehidupan dan kehormatan anggota. Dari situ pula lahir filosofi Tarung Derajat, yakni “Jadikanlah dirimu oleh diri sendiri”.

         Kata BOX sendiri merupakan kata salam ataupun sapaan bagi para sesama anggota tarung derajat.
  
         Lambang dibawah ini biasa tertulis pada seragam latihan atau ijasah. Dibaca dari atas ke bawah, ditulis sedemikian rupa adalah lambang dari tercipta dan berdiri nya ilmu beladiri Tarung Derajat melalui proses perjalanan panjang dan penuh dengan lika-liku kehidupan dari sang Guru beser Drs.H. Ahmad Drajat. 

 

         Sekian tentang Arti Lambang Bela Diri Tarung Derajat. Semoga bermanfaat bagi pengunjung semua.

My Bestfriend Is My Love ~ Part 4

      Huihhh! #Ngelap keringat. Selesai jugangetiknya. Hehehe. Secara selama ini admin sibuk banget didunia pendidikan dan ngurus semua tugas-tugas sekolah. (hahaha, kayak orang sibuk aja ya). Ya udah deh! Langsung saja di simak CerBungnya. Happy reading!
Sejenak kami terdiam. Mata kami saling bertatapan. ah, indahnya mata Karin. Karin juga menatapku tanpa berkedip.
      Tatapan kami teralihkan ketika tedengar hentakan kaki yang ternyata itu adalah Klara. Karin bangkit lalu sedikit menjaga jarak dariku.
“ehm, loe nggak apa-apa kan?” tanyaku sambil menatapnya menyelidik.
“Nggak apa-apa kok , Lan” balas Karin tersenyum.
      Ku balas senyuman itu dengan senyuman pula.lalu tanpa berkata-kata aku pergi mengejar Klara yang sudah berada dikejauhan.
      Klara terus berlari. Sampai melewati sebuah taman sekolah Klara memperlambat langkahnya. Sepertinya ia sudah lelah berlari. Lalu gadis itu mendaratkan tubuhnya disebuah bangku taman. Ku hentikan langkahku lalu ku awasi ia dari kejahuan.
      Klara menyandarkan kepalanya diatas pahanya dan beralasan lengan tangannya. Sebuah suara, atau yang lebih tepatnya isakan tangis mulai terdengar. Isakan nya terdengar seperti isakan anak kecil.
“hah? Klara kenapa?” gumamku heran. Lalu mencoba untuk menghampirinya dan duduk disampingnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
“Loe kenapa?” tanyaku.
      Sontak Klara menghentikan tangisannya. Tetapi isak tangisnya masih saja terdengar. Perlahan di hapusnya sisa-sisa air matanya. Lalu menatap lurus kedepan tanpa menoleh kearahku. Mulutnya sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk menjawab pertanyaanku tadi.
“Loe kenapa sih?” tanyaku lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.
“sakit ya jatuh tadi?” tambahku menepuk pelan pundaknya. Kini Klara yang menatapku heran. Lalu kepalanya mengangguk pelan.
“Loe ngegemesin banget sih. Lucu tau nggak” ujarku mencubit pipi kanannya.
“yang mana sih yang sakit? Lanjutku menanyakan, walau tidak serius. Mendengar pertanyaanku itu, Klara beranjak dari tempatnya.
“Loe mau kemana? Udah sini aja” kataku menarik tangannya. Membuat tubuh Klara kembali mendarat disampingku.
“Ra, tadi loe bilang loe laper. Ayo kekantin!” ajakku. Klara hanya menoleh sejenak. Lalu kembali menatap lurus kedepan tanpa menanggapi ajakanku tadi.
“Bisa-bisa loe mati kelaperan kalo kayak gini mulu” tambahku memegangi lengannya. Klara masih saja tidak menghiraukannya.
“gimana kalo gue traktir loe makan? Trus kita beli Ice Cream.” Tawarku.
Klara menoleh. Aku merasa tawaranku kali ini akan berhasil. Apalagi Klara paling suka dengan yang namanya Ice Cream. Yang rasa blueberry dan coklat, pasti nggak bisa nolak. Kuperhatikan wajah Klara yang tampaknya sedang mempertimbangkan tawaranku tadi.
      Beberapa menit kemudian, Klara mengangguk setuju. “tuh kan nggak bisa nolak” gumamku dalam hati.
      Segera ku tarik tangan Klara menuju kantin. Memang, aku dan Klara sudah dekat sejak lama. Dan banyak yang berkesimpulan kalau aku dan Klara adalah sepasang kekasih. Padahal hanya seorang sahabat karib yang tidak bisa lebih atau pun kurang.
      Sudah sering kami membantah mereka. Tetapi kami selalu dibuat bungkam hanya karena beberapa kalimat tanya.
“mana ada persahabatan cewek dan cowok sedekat itu. Kalian berdua yakin tidak ada perasaan satu sama lain?” sebuah kalimat yang lagi-lagi ku dengar saat aku melepas tangan Klara dan mempersilahkannya untuk duduk. Celotehan seisi kantin jelas terdengar kalo mereka sedang membicarakan aku dan Klara.sengaja tidak ku hiraukan tatapan dan celotehan mereka. Berbeda dengan Klara yang sekarang sedang tertunduk.
“Udahlah Ra, nggak usah didengerin” ujarku yang langsung dibalas anggukan pelan oleh Klara.
“loe mau mesen apa?” tanyaku sedikit menunduk untuk melihat wajahnya.
“Sepeti biasanya deh, Lan” balas Klara tersenyum tipis. Lalu kembali menunduk.
      Setelah memesan, aku kembali menghampiri Klara yang tampak kaku. Aku langsung mengambil posisi tempat duduk tepat di depannya.
“loe kenapa sih? Kok tegang gitu?”
“emp.. nggak kenapa kok, Lan” balas Klara sambil menggeleng dan mencoba untuk tersenyum.
      Kali ini ku alihkan pandanganku kesekelilingku. Sepasang mata sepenjuru kantin masih tertuju pada kami. Segera ku ambil sebuah gelas plastik lalu ku lemparkan kearah seseorang yang bernama irfan yang duduknya tidak jau dari tempatku.
“jauhin tuh mata sebelum gue congkel nih” bentakku menyodorkan sebuah garpu.
“sembarangan loe!” cetus irfan sambil melanjutkan aktifitasnya.
      Tidak lama kemudian, pesanan datang. Dari pada melayani orang-orang yang nggak penting kayak gitu, mendingan melayani perut yang sedari tadi sudah protes.
      Setelah selesai, aku dan Klara beranjak kearah pemilik kantin untuk membayar. Tidak lupa ku ambil dari coolcash Ice Cream bluberry kesukaan Klara. Lalu ku sodorkan kearah Klara.
Saat Klara menikmati Ice Cream nya, kami di kejutkan oleh pertanyaan seseorang yang tidak lain adalah Irfan yang masih duduk ditempatnya.
“loe yakin Klara atau pun Loe nggak punya perasaan apa-apa?”
“nggak kok kami Cuma temen” bantahku.
“anak-anak lain juga tau kalo loe punya perasaan sama lana” cetus Irfan kearah Klara. Spontan Klara menoleh tetapi hanya diam saja. “tidak ada bantahan?” gumamku. Mata Klara segera beralih kearahku. Lalu cepat-cepat menuduk setelah menyadari kalo aku juga sedang menatapnya.
Sikap pemalunya kembali muncul. Sampai-sampai Ice Cream yang di tangannya di biarkan meleleh begitu saja.
      Melihat Klara yang di rantai dengan rasa malu, aku mengambil tindakan yang jauh diluar dugaan siapa pun.
      Ku raih sebuah kursi di hadapanku. Dengan cepat ku ambil posisi berdiri di atas kursi itu. Seluruh penjuru kantin menatap kearahku tanpa berkedip sedetik pun.
“loe semua dengerin gue. Klara itu emang pacar gue dan gue suka sama dia” kataku dengan suara lantang.
      Spontan suasana menjadi hening. Klara menatapku penuh tanda tanya. Ku balas tatapan itu dengan senyuman, lalu ku dekap tubuhnya. Kembali seisi kantin melongo melihat tindakanku.
   

      Sudah mulai seru ya guys ceritanya? Oke tunggu lanjutannya ya? Sampai jumpa di part berikutnya, bye! #lambai-lambai tangan. Hehehe..
Next Part My Bestfriend Is My Love Part ~ 5

Selasa, 25 Oktober 2016

5 Beladiri Pasukan Militer Indonesia:



          Selain peralatan tempur canggih, para personil militer di Indonesia juga memiliki beladiri yang mematikan. Beladiri militer umumnya memiliki standar khusus yang diperlukan untuk situasi – situasi sulit. Beda kesatuan beda pula beladiri yang digunakan. Namun secara garis besar, inilah beladiri andalan dari pasukan Militer Republik Indonesia.

 1. Yong Moo Do

Sejarah Yongmoodo dimulai pada tanggal 15 Oktober 1995 dimana The Martial Reearch Institut dari Yong In University Korea membentuk seni beladiri Yongmoodo yang merupakan gabungan dari beladiri Judo, Taekwondo, Apkido, Ssirum, dan Hon Sin Sul. Akar dari Yongmoodo adalah beladiri Hon Sin Sul yang berarti Beladiri.
Istilah Yongmoodo berasal dari kata Hankido yang dikembangkan di Korea pada tahun 1976. Kemudian namanya berganti menjadi Kukmodo dan berubah menjadi Yongmoodo. Yongmoodo berasal dari 3 suku kata yaitu :
1. YONG berarti naga. Naga di agungkan oleh banyak orang yang dipercaya memiliki kemampuan mistik. Naga juga diyakini mampu terbang mengeluarkan api dari mulutnya, hidup dibawah air atau dibawah tanah, menguasai alam yang dapat menyebabkan terjadinya Tsunami, gempa bumi dan membawa kemakmuran serta keberuntungan bagi yang mempercayainya.
2. MU atau MOO berarti Beladiri yang menunjuk pada pertempuran yang mengacu pada prtempuran dan perkelahian, pertahanan dan strategis, fisik, mental, serta fisikologi.
3. DO berarti cara berlatih dan cara hidup, pandangan hidup yang kosong dan berisi Philosopi serta kemampuan belajar dari alam, hidup dan perkelahian ,melawan alam.



2. Kung Fu

Kung Fu adalah beladiri asal negeri Tirai Bambu yang pada awalnya hanya dipelajari oleh biksu dari kuil Shaolin. Namun sekarang beladiri ini telah menyebar luas dan dipelajari oleh TNI. Makna dari Kung Fu sangatlah luas, kurang lebih artinya adalah sesuatu yang diperoleh dalam waktu yang lama dan dengan ketekunan yang tingi.
Pasukan elit dari TNI pernah dilatih kungfu oleh seorang keturunan Tionghoa yang bernama Efendi. Efendi dikenal sebagai seorang pendekar kungfu yang pernah berlatih di berbagai tempat. Keahliannya dalam kungfu diminati oleh TNI, yang pada akhirnya memintanya untuk melatih pasukan Kopassus.
Kepiawaian anak didik Efendi terlihat pada saat ada kunjungan istimewa dari panglima tentara Jerman. Banyak seni beladiri andalan TNI yang ditampilkan, salah satunya adalah silat Merpati Putih. Namun penampilan dari Kungfu lah yang berhasil membuat panglima Jerman kagum. Karena itu, setelah penampilannya di depan panglima Jerman tersebut, semangat Efendi makin terpacu untuk melatih pasukan Kopassus dengan lebih intens.



3. Merpati Putih

Merpati Putih atau disingkat MP merupakan salah satu dari perguruan silat yang ada di Indonesia. Silat ini mengajarkan pertempuran tangan kosong dan juga merupakan salah satu beladiri bagian dari budaya bangsa Indonesia. Sejarah Merpati Putih sendiri bermulai sekitar tahun 1550-an, ilmu beladiri ini adalah salah satu dari anggota Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan juga Martial Arts Federation For World Peace (MAFWP).
Merpati putih dipastikan adalah seni beladiri asli warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Beladiri ini tadinya hanya diajarkan pada keluarga keraton yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya. Namun sekarang atas wasiat dari sang guru, ilmu beladiri Merpati Putih dapat disebar luaskan agar dapat berguna bagi negara.
Beladiri ini mengajarkan tenaga dalam yang berasal dari dalam tubuh sendiri. Dengan menggunakan teknik olah napas, para pengguna beladiri ini dapat mengeluarkan kemampuan fisik diatas manusia normal.
Pada dasarnya, semua manusia memiliki tenaga dalam di dalam tubuhnya yang dapat diaktifkan pada kondisi terdesak, seperti dikejar anjing, latihan Merpati Putih mampu membuat penggunanya dapat menggunakan tenaga dalam tanpa harus mengalami kondisi terdesak terlebih dulu.
Walaupun beladiri ini tidak dijadikan sebagai beladiri utama dalam tubuh pasukan militer Indonesia. Namun, peminatnya tetaplah banyak, terbukti dari beberapa pasukan elit atau khusus yang menggunakan Merpati Putih. Beberapa pasukan khusus yang menggunakannya antara lain adalah: pasukan elit Marinir, pasuka elit Kopaska (TNI AL), Paskhas (TNI-AU) dan juga Brimob (kepolisian).


4. Karate

Beladiri asal negeri Sakura ini merupakan beladiri yang cukup populer di Indonesia. Anda bisa menemukan beladiri ini di hampir setiap sekolah yang ada di Indonesia. Beladiri ini mendapatkan pengaruh dari beladiri asal Cina yang bernama Kempo. Karate pada awalnya disebut dengan nama “Tote” atau “Tangan Cina”. Kemudian karena masyarakat Jepang pada saat itu memiliki rasa nasionalis yang tinggi, nama Tote lalu diubah menjadi ‘Karate'(tangan kosong) agar mudah diterima oleh masyarakat Jepang.
Karate digunakan oleh TNI karena memiliki falsafah hidup yang cocok dengan nilai-nilai pada kesatuan TNI. Falsafah karate diantaranya adalah kejujuran (Gi), keberanian (Yuu), sopan santun (Rei), berjiwa positif (Seishin) dan memiliki semangat tinggi (Seiki). Selain itu, dengan berlatih karate dapat meningkatkan kemampuan fisik dan mental yang berguna untuk membela negara.
Untuk berlatih karate dengan maksimal, Kopassus mendatangkan pelatih langsung dari Jepang. Dipilih orang yang benar-benar ahli dalam Karate dari Jepang untuk melatih Kopassus. Sebagai satuan elit, tentunya Kopassus sudah memiliki basic ilmu beladiri, salah satunya adalah Silat.



5. Tarung Derajat
Olahraga Tarung Derajat diciptakan oleh seorang putra bangsa Indonesia yaitu Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.), yang akrab disapa dengan nama populernya “AA-BOXER”. Olahraga ini dilahirkannya sebagai suatu seni ilmu beladiri dengan memiliki aliran dan wadah tersendiri tanpa berapliasi dengan aliran lain dan organisasi beladiri lainnya yang ada di bumi Indonesia, serta tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain seperti pencak silat, karate, taekwondo, kempo, judo, gulat dan tinju. Namun, keberadaan Tarung Derajat tidak juga muncul dengan sendirinya, akan tetapi memiliki latar belakang suatu riwayat perjalanan hidup Sang Guru dan diridhoi oleh keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Beladiri ini, lahir atau muncul dari pengalaman hidup yang pernah dilakoni oleh Sang Guru dimana sekitar tahun 1968 hingga tahun 1970-an, anak muda ini waktu itu sering terlibat aksi kekerasan pisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan, dan penghinaan (AD/ART Kodrat: 1994). Keadaan itu, tentu bukan dia yang memulainya, tapi timbul dalam keterpaksaan “kalau ada orang yang menjahati saya, masak saya diam saja? katanya dalam (Matra, Mai: 1997). Dari berbagai perkelahian dengan pereman di pusat kota Bandung-Jawa Barat, Sang Guru selalu menang, pada hal dilihat dari postur tubuhnya yang berbobot sedang tidak meyakinkan untuk mengatasi lawan. Melihat kehebatan Sang Guru waktu itu, rupanya banyak dari gorombolan pereman yang tidak suka dengannya, maka kelompok peremanisme membuat suatu siasat untuk menghabisi Sang Guru. Mengingat jumlah preman cukup banyak, maka dia segera menghindar dari gorombolan itu. Tapi mereka terlanjur dikuasai emosi segera mengejar Sang Guru seraya meneriakkan maling. Mendengar teriakan itu, orang-orang yang tengah berada di pasar malam ketika itu, ikut memburunya sampai ia terkepung dan ramai-ramai memukulinya sampai ia terkulai lemas dan kondisi tubuhnya sangat menyedihkan.

Semenjak peristiwa pahit itu, Sang Guru mulai merenung untuk menyisiasati diri, mengasah kemampuan mempelajari berbagai jenis beladiri antara lain pencak silat dan karate. Tapi ia tetap tidak puas, alasannya semua itu belum bisa membalas sakit hatinya. Pertanyaan selalu muncul dalam benaknya “Jenis beladiri apakah yang bisa mengangkat kehormatan saya supaya tidak dihina dan disakiti orang?” Kemudian timbul pikiran dalam dirinya untuk menciptakan teknik beladiri dari berbagai beladiri yang pernah dipelajarinya yaitu memadukan lima unsur fungsi gerakan beladiri, seperti: memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengelak. Setiap hari kelima fungsi ini diputuskannya dipelajari, diasosiasi dan dipraktekkan sendiri dalam kehidupannya, minimal empat jam sehari dia berlatih dan menemukan teknik-teknik praktis dan efektif, serta merangkai gerakan seni beladiri yang akrobatis dan indah ditonton oleh masyarakat.
Setelah merasa matang dengan ilmu baru yang dia kemas (konsep) sendiri dan dipraktekkannya kepada orang-orang yang mencoba memeras atau membuat masalah selalu dilayaninya. Para berandal dianggap Sang Guru paling tepat untuk menguji teknik beladirinya itu. Ketika itu “terpukul oleh lawan, kok tidak terasa sakit?” tanyanya kepada diri sendiri. “Kesaktian” itu rupanya cukup membawa manfaat. Setiap kali ada orang yang dianiaya atau disakiti oleh berandalan (preman), maka Sang Guru bisa berbuat sesuatu menegakkan kebenaran. Dari sinilah namanya mulai dikenal sebagai pembela orang-orang yang disakiti secara pisik dengan sebutan AA-BOXER yang memiliki kemampuan beladiri yang luar biasa, yakni bertenaga: kuat, cepat, tepat, berani dan ulet, sehingga dia sering menyebutnya keberhasilan pergerakanTarung Derajat sebagai dasar filosofis gerak tubuh ditentukan oleh lima khas kunci kemampuan.

Latihan fisik Tarung Derajat sangatlah keras, mulai dari menahan pukulan sampai dengan memecahkan batako dengan kepala.
Sekarang beladiri ini banyak digunakan oleh kalangan militer maupun polisi. Tarung derajat juga sudah menjadi beladiri resmi POLRI.


Bagaimana guys?! Apa beladiri pilihan kalian?

Jumat, 21 Oktober 2016

My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

          Back to blog lagi admin yang cakep, hehe! Oh ya, ini masih dengan lanjutan CerBung My Bestfriend Is My Love yak. Emp udah masuk Part 3 ya, nggak terasa ngetiknya, pegel-pegel juga.
Oke deh! Langsung saja simak lanjutannya. Happy Reading guys!

My Bestfriend Is My Love ~ Part 3

“Apa bu? Bersih-bersih gudang lagi? Bukannya kemarin udah dibersihin ya bu?” tanyaku memastikan. Barusan Bu Ani memerintahkan ku untuk membersihkan gudang sekolah yang bisa dibilang nggak ada bersih-bersihnya. Alias tempat yang paling kotor. Walaupun baru dua hari yang lalu sudah dibersihkan.
Anggukan dari Bu Ani seakan-akan menghipnotis langkahku. Secara nih tubuh langsung manut nurut perintah Bu Ani. Padahal, tadi mau protes. Dengan langkah gontai aku menuju ke gudang sekolah dengan membawa kemoceng dan sapu. Dengan bermalas-malasan ku bersihkan satu persatu barang-barang yang sudah berdebu itu.

“rajin amat loe beres-beres. Mau jadi siswa teladan ya” sontakku menoleh kearah datangnya suara. Dengan senyum manis, Karin melangkah kearahku. Ku balas dengan senyuman singkatku lalu meneruskan aktifitasku.
“Sembarangan! Gue lagi di hukum tau”
 “oh ya? Kali ini kenapa? Loe berantem lagi?” tanya Karin sambil mengulurkan tangan mengumpulkan bola-bola kekeranjang.
Lantas tidakku jawab. Ku kibas-kibaskan peralatan olahraga yang sudah lama tidak terpakai. Kemudian, ku alihkan pandanganku pada Karin. Ku gerakkan mulutku untuk menjawab pertanyaan Karin tadi.
“Bukan, gue nggak ngerjain PR” ku sunggingkan senyuman pahit lalu kembali fokus dengan aktifitasku.
“Loe nggak belajar?” tambahku bertanya tanpa menoleh.
“Nggak, guru gue nggak masuk” balas Karin. Ku anggukkan kepala tanda mengerti.
          Kira-kira empat puluh menitan berlalu, aku dan Karin sudah selesai membersihkan gudang terkutuk itu. Ku tarik nafas panjang lalu menoleh kearah Karin yang sedang menghapus keringan dikeningnya.
“Huih, akhirnya beres juga. Thanks ya udah bantuin” kataku tulus. Gadis itu tersenyum. Sepertinya dia sama sekali tidak merasa keberatan.
“masih ada sepuluh menitan lagi nih sebelum bel bunyi. Ikut gue kekantin yuk. Gue traktir loe minum” ajakku kemudian. Sejenak Karin berfikir. Baru kemudian kepalanya mengangguk setuju.
Tebakan ku pas sasaran. Setelah sepuluh menit kami dikantin menikmati teh es dan pisang goreng., bel masuk berbunyi. Aku bergegas pergi kekelas setelah sebelum nya pamit kepada Karin yang tampaknya masihbelum beranjak dari tempatnya.
          Tepat saat aku mendaratkan tubuhku di tempat dudukku, Bu Ika sudah berada di depan kelas. Sejenak ku perhatikan Klara yang tampak mengeluarkan buku-bukunya. Iseng, ku pukul tangannya dengan ujung penaku.
“Apaan sih? Sakit tau” kata Klara dengan nada manja sambil memegangi tangannya.
“Loe jahat ya?” tudingku kearah muka gadis itu. Klara terdiam tidak mengerti dengan maksudku. Kemudian mulutnya mulai bergerak.
“Yang ada loe nya yang jahat. Salah gue apa coba?” tanya Klara berfikir-fikir.
“Loe..” belum sempat aku melanjutkan omonganku. Bu Ika terlebih dahulu memotong.
“Baiklah anak-anak. Hasil ulangan kemarin cukup memuaskan. Hanya beberapa orang yang nilai ulangannya di bawah standar”
          Bu Ika menyebutkan nama dan memberikan kertas hasil ulangan kemarin. Setelah tiba di namaku. Aku segera maju kedepan untuk menerima kertas hasil ulanganku.
Setelah menerima kertas hasil ulangan MYOB ku. Mataku terbelalak, langkahku terhenti. Seluruh seisi kelas memandang kearahku heran. Suasana mendadak hening.
“ eh lan, loe dapat nilai berapa?” tanya Andri memecah suasana. Ku ayunkan kembali langkahku santai. Seperti tanpa beban.
“Loe kenapa lan? Kayak habis ketimpa duren gitu?” bisik Klara. Tatapannya tidak berkedip kearahku. Hingga saat namanya di panggil, Klara beranjak dari tempatnya. Lalu bergegas meraih kertas hasil ulangannya.
“yes! Gue dapat 95” Klara kegirangan.
          Klara kembali menuju tempat duduknya. Saat akan mendaratkan tubuhnya, Klara menyambar kertas hasil ulanganku. Klara terpaku dengan mulut sedikit menganga.
“Lan, Loe..” Klara tidak meneruskan omongannya karena aku segera merampas kertas hasil ulanganku itu.
“Apaan sih, Ra? Main sambar aja”
“gue nggak yakin loe dapat nilai segitu” ungkap Klara tidak percaya. Ku angkat sebelah alisku.
“Loe nggak belajar ya? Atau loe lagi sakit? Atau kertas loe tertukar ? atau..” segera kututup mulutnya dengan jariku. Pandangannya kin fokus pada jariku.
“nih jari resek ya? Sini..” kata Klara sambil menggigit jariku.
“akh, sakit tau” kataku mengelus-elus jariku. Klara tersenyum penuh kemenangan. Sementara aku membalas dengan cibiran.
          Bel tanda istirahat berbunyi. Ku rebahkan kepalaku diatas meja.
“Lan, Kekantin yuk? Gue laper nih?” ajak Klara memegangi perutnya. Aku mengangkat kepalaku. Kupandangi Klara yang tampaknya benar-benar laper. Tapi juga seperti orang yang kebelet pipis.
“loe laper atau kebelet pipis sih?” tanyaku sinis.
“laper tau” jawab Klara lengkap dengan gaya lebaynya dan mulut yang di monyong-monyongkan.
“oke deh. Ayo!” kataku sambil beranjak dari tempatku. Dengan sigap Klara menarik tanganku lalu berlari. Aku mengikuti dari belakang.
          Setiba di depan perpustakaan, Klara menabrak Karin yang baru keluar dari perpustakaan. Dengan sigap ku tangkap tangan Karin dan tanpa disengaja Karin ku peluk dan mataku dan Karin saling bertatapan. Sedangkan Klara jatuh tersungkur.

Bersambung...
Next To My Bestfriend Is My Love ~ Part 4